Alexandria Andros bahkan belum selesai menjalani pelatihan khusus dari Aiden St. Delphi, seniornya dan juga seorang Sentinel handal, di North Carolina Covenant ketika dia harus melakukan sesuatu yang drastis pada salah satu orang yang paling dia sayangi dalam hidupnya (di akhir buku 1). Hal ini menyebabkan Alex merasa sedih, apalagi dengan banyaknya bekas gigitan daimon di lengan dan lehernya, sebuah pengingat akan peristiwa yang selamanya merupakan titik balik dalam hidupnya.
Alex yang telah mengetahui bahwa dirinya adalah calon Apollyon kedua, harus membagi waktunya berlatih di bawah bimbingan 2 orang pria; Aiden yang melatihnya hand to hand combat, serta Seth sang Apollyon pertama yang melatihnya bertarung menggunakan dan melawan keempat elemen, ditambah elemen kelima yang dahsyat dan mengerikan dan hanya bisa digunakan oleh para dewa dan Apollyon, Akasha.
Kedua Apollyon ditakdirkan bersama; terdiri atas satu jiwa yang berada di dalam 2 tubuh, tak heran jika Alex melewatkan sebagian besar waktunya bersama Seth. Apalagi Seth bisa membaca emosi Alex dengan mudah karena ikatan jiwa mereka. Namun Alex tetap tidak bisa mengingkari perasaannya pada Aiden meski Aiden adalah seorang Pure dan hubungan antara Half dan Pure adalah hubungan terlarang di kehidupan para Hematoi.
Sementara itu, seorang Half daimon berhasil menyusup di semua covenant, dan menghisap aether dari murid Pure. Ini menimbulkan kemarahan para dewa, dan memunculkan 3 patung furies di aula karena dianggap telah terjadi ancaman pada Pure. Para Half pun diperiksa secara menyeluruh, dan kecurigaan serta ketegangan antara Pure dan Half semakin terasa. Puncaknya terjadi ketika salah satu murid Covenant di North Carolina meninggal akibat perbuatan Half daimon, dan Alex serta saingannya Lea ada di tempat kejadian.
Meninggalnya salah satu murid tersebut membuat Alex depresi berat, untunglah Seth yang sangat sweet selalu bersamanya. Namun Alex tidak bisa berlama2 dirundung kesedihan karena dia harus berangkat ke New York Covenant untuk dimintai kesaksian atas beberapa peristiwa yang menimpanya di hadapan seluruh anggota Council. Bukan hanya itu, berkali2 terjadi percobaan pembunuhan terhadap Alex di tempat ini, dan beberapa pejabat Council pun dicurigai.
Buku kedua ini semakin seru saja dech! Sejak peristiwa terbunuhnya si *sensor* sampai percobaan pembunuhan terhadap karakter utama, ditambah dua tokoh cowok yang sweet (Aiden di gentleman dan Seth si badboy), membuat roaller coaster buku ini semakin terasa. Tentu saja bagian akhirnya juga tidak disangka2 dan penuh dengan darah (eeewwww). Dan chapter tambahan dari sudut pandangnya Seth itu seperti eye-opener bagi pembaca tentang sosok Seth sang Appolyon yang misterius. Dan jujur ya, di buku ini saya sukaaaaaaaaaaaa banget sama sosok Seth (lagi2 deh saya suka sama tipe badboy, hahaaa). Anyway, sukses bagi mbak Jen karena buku keduanya lebih bagus dari buku pertama *wink*.