Paperback, 276 halaman
Tahun terbit: November 2014
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN 9786020308982
Ketika itu sore menjelang malam, di dalam mobil yang isinya cewek semua dalam perjalanan Jogja-Semarang, setelah kopdar BBI Joglosemar 3 kota di Jogja. Saya ingat betul mbak Cindy dan mbak Lila (teman-teman sesama blogger buku) sedang membahas sebuah buku kumpulan cerpen sambil tertawa terbahak-bahak. Saya pun mendengarkan dengan penuh minat. Ternyata mereka tertawa geli karena beberapa penggambaran dalam buku tersebut menurut mereka terlalu absurd, vulgar, dan menjijikkan. Bahkan mbak Cindy mengaku sudah beberapa minggu tidak berani makan muluk pakai tangan langsung sejak membaca salah satu cerita dalam buku tersebut saking jijiknya. Wow, pengaruhnya sedahsyat itu? Saya tentu saja agak skeptis, dan jadilah kedua kakak-kakak blogger itu menantang saya untuk membaca buku itu sebagai "tantangan menjijikkan" untuk mengetahui apakah saya ini termasuk orang yang gampang jijik gara-gara membaca atau tidak.
Challenge accepted.
Tidak butuh waktu lama sebenarnya untuk membaca buku ini, tapi karena saya memang bukan termasuk penggemar cerpen, dan tidak terbiasa membaca langsung banyak cerita pada saat yang bersamaan, jadi setelah beberapa judul , saya berhenti. Lanjut lagi beberapa jam kemudian. Begitu seterusnya.
Judul buku ini memang sangat sweet. Jadi saya pikir pastilah banyak orang akan tertipu, mengira isinya adalah kisah-kisah cinta mengharu-biru, dan ternyata menemukan kisah-kisah yang...ehm...wow!
Cerpen-cerpennya tidak panjang, bahkan cenderung singkat dan padat seperti yang saya suka. Saya sering bosan membaca cerpen yang agak terlalu panjang, soalnya, hehee....padahal kalau baca novel justru nggak masalah. Oke, lanjut. Cerita-ceritanya sangat original dan unik, dan digambarkan dengan lugas dan gamblang, juga tidak tanggung-tanggung, yang tentu saja menjadi nilai plus buku ini. Bahasanya pun enak dan mengalir lancar. Bagus lah pokoknya. Kritikan-kritikan terhadap masyarakat, bahkan tokoh penting dalam pemerintahan pun tak luput dari sini. Salah satu yang membuat saya terpingkal-pingkal adalah yang mengenai ibu negara yang sedang memotret kupu-kupu. That was wicked.
Beberapa hal yang tidak sreg bagi saya adalah covernya. Saya bukan penggemar cover buku dengan gambar terbalik, jujur saja, karena membuat saya pusing saat melihatnya, hehehee... Lalu di dalam buku, bertebaran foto hitam putih cewek-cewek yang SEMUANYA langsing, berambut panjang, memakai pakaian seksi, dan memakai bulu mata palsu super pangjang dan super lentik yang jika dikedipkan pastilah akan menimbulkan angin ribut di berbagai belahan bumi. Euuuurrgh....ini menurut saya nggak banget dech. Okelah, bagi sebagian orang hal itu dianggap artistik, tapi kenapa foto-foto begitu nggak masuk majalah di bagian iklan bulu mata saja yach? Pembaca kan membeli buku ini buat membaca cerpen, bukan melihat foto. Oh iya, satu lagi, sepertinya banyak cerita yang fokusnya ke salah satu anggota tubuh, misal mata, tangan, mulut...yah gitu dech. Mungkin ini maksudnya biar tambah wow jijiknya ya, yang tentu saja berhasil. Bagi orang yang gampang jijik, mereka bakal girap-girap, tapi saya sih malah salut karena ceritanya jadi makin gamblang segamblang-gamblangnya.
Jadi jika ada orang yang bertanya apakah buku ini bagus menurut saya? Tentu saya akan objektif dan menjawab bagus sekali. Tapi jika pertanyaannya apakah saya suka buku ini? Jawabannya tidak. Buku seperti ini bukan selera saya dan tidak akan saya baca dua kali, kenapa? Karena pertanyaan terakhir sangat subjektif. Jujur ya, ini baru pernah terjadi pada saya, mengakui sebuah buku yang tidak saya sukai sebagai sangat bagus. So, I learned that people can be objective if they want to.
Oh iya, fyi, setelah baca buku ini, saya tetep aja makan muluk tanpa masalah, hahaaaa....sorry to disappoint, guys.