Title: P.S. I Still Love You (To All The Boys I've Loved Before #2)
Author: Jenny Han
First published: 2015
337 pages (audiobook version)
Language: English
Genre: Young Adult, Contemporary, Romance
My rating: 2/5
Masih ingat cerita di buku pertama? Tidak? Oke, saya pancing sedikit ya....buku pertama berakhir sangat mengambang dengan hanya berbunyi "Dear Peter,". Jujur saja, itu akhir sebuah novel paling jenius yang pernah saya baca, beneran sukses membuat saya setengah menjerit dan hampir membanting hape.
Sequel ini berawal dari... apa lagi kalau bukan lanjutan tulisan "Dear Peter," tadi. Lara Jean, yang tidak menyangka bahwa dirinya benar-benar jatuh cinta pada Peter, akhirnya menulis surat yang ditujukan untuk pacarnya itu. Namun tentu saja, ada satu masalah yang bikin galau Lara Jean: bagaimana cara menyampaikannya ke Peter? Haruskah dikirim lewat pos, atau ditaruh di kotak suratnya, atau....diserahkan secara langsung? Untunglah Kitty, adiknya yang lugu dan ceplas-ceplos membujuknya untuk bertemu langsung dengan Peter dan menyerahkan langsung suratnya. Alhasil, pada tahun baru yang dingin, dengan masih mengenakan hanbok, pakaian tradisional Korea, Lara Jean berkunjung ke rumah Peter.
Perjalanan cinta yang easy going antara Lara Jean dan Peter ternyata tidak selalu 'easy'. Ada yang menyebar gossip miring tentang mereka melalui instagram. Sekarang semua orang, dari teman sekolahnya sampai semua gurunya menjadi saksi satu momen paling intim dalam hidup Lara Jean. Lara Jean yakin sekali bahwa Genevive, mantan pacar Peter, berada di balik layar. Belum lagi kemunculan kembali seorang cowok yang dulu sempat menghilang dari kehidupan Lara Jean, salah satu cowok yang mendapatkan 'surat cinta' dari Lara Jean.
Setelah buku pertama yang menurut saya sangat bombastis dengan plotnya yang unik, buku kedua ini terasa 'sangat hambar' dan 'sangat kosong' dan 'sangat memaksa'. Rasanya saya susah berkomentar karena rasanya kecewa luar biasa. Saya cuma memberi 2 bintang saja. Kenapa? Yuk, kita coba analisis...
Pertama, plotnya, aduhmak alamak ini plot di buku kedua ini kenapa bisa klise sekali? Super duper klise, sampai bikin saya sakit hati. Mungkin jika ini novel stand alone, atau novel pertama, saya nggak akan menharapkan banyak ya... Tapi masalahnya ini sequel woy! Sequel dari buku pembuka yang bombastis! Cuma sekelas teri begini...meh...MEH! Cewek biasa yang pacaran sama cowok populer lalu dibully semua orang gara-gara gossip miring yang disebar oleh cewek bitchy yang cemburu? Hellooooo....nggak bisa ya lebih klise lagi?
Kedua, Suspensenya tidak seseru di buku pertama. Buku pertama menghadirkan hal-hal yang, sekali lagi, karena tidak klise, pembaca tidak bisa mengharapkan sesuatu yang spesifik terjadi. Namun di sini...karena dari awal plot yang disajikan adalah sesuatu yang BIASA, suspensnya juga jadi tidak terlalu greget karena unsur surprisenya sangat sangat kurang.
Ketiga, underdeveloped karakter dapat ditemui di dua tokoh penting yang baru muncul pentingnya di buku ini: Genevive dan John Ambrose. Genevive di buku pertama, meski kemunculannya sedikit, justru sangat well-developed. Tapi entah kenapa di sini berkembang menjadi TYPICAL BITCHY GIRL. Terus si John Ambrose ini, muncul sebagai sosok COWOK SUPER SEMPURNA dan TYPICAL SILENT WARRIOR. Oh, God.... cliche much? Sepertinya kok jika mau membuat cerita novel dengan tema cinta segi empat, kau cukup menambahkan karakter typical bitchy pretty girl dan typical perfect pretty boy untuk melengkapi dua karakter utama, dan BOOM, jadi dech. Oh, please.... pembaca juga butuh variasi kan?
Keempat, hubungan kekeluargaan di keluarga Covey, terutama si kakak-beradik Song-Girls yang di buku satu sangat saya kagumi karena selain sangat realistis, tidak lebay, dan banyak memendam pesan moral, justru agak terabaikan di buku kedua ini dengan absennya karakter Margo hampir sepanjang buku. Sangat disayangkan.
Kelima, novel pertama yang berhasil membuat saya GIGGLING di sana-sini, terasa sangat LEMPENG di sequelnya. Tidak ada lagi adegan lucu namun cute, yang bisa membuat saya tertawa di sana-sini. Yang ada justru adegan yang "sok romance" dengan menghadirkan banyak sekali sentuhan klise mulai dari valentine, main bola salju, sampai adegan mergokin si pacar pelukan sama oknum lain yang akhirnya bikin bertengkar parah...eurgh....*tabur-tabur klise*
Eniwei, seperti yang sering saya bilang, tidak ada sesuatu di dunia ini yang benar-benar hitam dan putih...er, kecuali cat tembok hitam dan cat tembok putih... ehem, fokus. Oke, maksud saya, separah-parahnya suatu buku, pasti ada kelebihannya juga kan? Nah, buku ini juga memiliki kelebihan lho....er, meski cuma satu, yaitu: KITTY COVEY. Yups, karakter si adik tokoh utama yang berusia sembilan tahun ini di buku pertama mendapat jatah sedikit dan terkesan cuma numpang lewat. Namun si penulis berhasil menyulapnya menjadi karakter yang perannya cukup signifikan dan cukup well-developed di buku kedua ini.
enjoy! See you in the next post ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar