Selasa, 28 Juni 2016

Seven Bookish Confession

Bulan Juni ini hectic banget buat saya sampi-sampai saya tidak sempat sama sekali membuka dan mengurusi blog. Utunglah postingan-postingan saya sudah dijadwal muncul seminggu sekali, heheheee..... Nah, berhubung saya sudah keluar dari gua dan berhenti bersemedi, kebetulan juga tema posbarnya sepertinya unik, saya sekalian mau buka-buka rahasia nih...

1) Saya mengaku sebagai pembaca yang cinta printed books, dan, memang benar...saya bahagia jika melihat printed books terpajang di dalam lemari saya. Terpajang doank tapi...nggak dibaca, karena kenyataannya saya justru sering membaca e-book.

2) Sudah dua tahun belakangan ini saya hampir tidak pernah membeli buku baru dengan harga normal. Jujur saya, buku baru dengan harga normal itu bagi saya sangatlah mahal. Jadi saya justru sering membeli buku-buku yang sudah didiskon, memang sih biasanya buku-buku itu terbitan lama, pinggirannya kadang sudah kuning, plastiknya sudah agak robek, tapi jika bisa mendapatkan buku dengan harga hanya 10 atau 20 ribu saja, saya tak masalah.

3) Saya lebih sering membaca buku berbahasa Inggris yang kadang bahkan tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan biasanya berbentuk e-book. Seenarnya pengeeeeeennnnn banget koleksi printed booksnya, tapi harganya itu biasanya sangat WOW buat saya, juga saya yang tinggal di desa ini susah sekali untuk mendapatkan akses ke buku-buku bebahasa Inggris. Jadi maafkan kalau e-book yang biasanya saya dapatkan memang diragukan...ehm...legalitasnya *malu*

4) Saya baru mengenal novel-novel berbau kipas sejak kenal BBI dan sudah berumur kepala dua ;p

5) Guilty pleasure saya adalah memaca fanfiction. Fandom Harry Potter adalah tempat kerinduan saya pada Harry bisa sedikit terhapuskan (halah) ;p, karena bagi saya, Harry Potter yang cuma 7 buku itu nggak akan pernah cukup, lagi...lagi....lagiii.... *maruk*. Dan pairings favorit saya itu Harry/Draco ngahahahaaaa..... aduh ini pengakuan dosa banget inihhh... *sembunyi di balik bantal* #IkaKotor

6) Sampai sekarang saya tidak tahu dan masih bingung tata cara blogtour karena belum pernah ikutan dan tidak tertarik, hahahaaa.... Blogtour itu apa? Aku di mana? Kamu siapa?

7) Saya sering kemana-mana bawa buku, dengan niat mau membaca di semua tempat kalau pas lagi senggang, atau lagi menunggu sesuatu, ngantri dan sebagainya, tapi biasanya saya buka cuma satu halaman, dan apa yang saya baca justru tidak tertangkap otak saya sama sekali. Sering satu paragraf saya baca berulang-ulang namun tetap nggak mudeng. Iya sih saya tahu saya memang lebih enjoy baca di tempt sepi. Tapi toh tetap aja saya mencoba bawa dan baca buku di tempat umum meski tahu sebenarnya besoknya bakal saya baca ulang di kamar, heheheeee...

Sekian pengakuan tujuh dosa saya mengenai buku, jangan diketawain yaaa, malu, heheheeee....

See you in the next post ^_^

Sabtu, 25 Juni 2016

The Duke and I by Julia Quinn [review]

Title: The Duke and I (Bridgerton #1)
Author: Julia Quinn
384 pages, e-book version
First published: 2000
Language: English
Genre: Historical Romance
My rating: 4/5

"Men are sheep. Where one goes, the rest will soon follow."
Simon Basset sang Duke of Hastings yang baru, akhirnya kembali ke London setelah berkelana ke berbagai negara. Dia kembali tak lama setelah ayahnya meninggal dan bertepatan dengan London Season (musim perjodohan di London). Simon tidak berencana kembali ke 'society' secara resmi karena dia sudah bersumpah bahwa darah Basset akan mati dengan dirinya, yang artinya dia berencana tidak akan menikah dan memiliki keturunan.

Simon terkenal sebagai 'rake' beserta sahabatnya Anthony Bridgerton. (Istilah rake sekarang lebih mirip ke istilah playboy. Pria yang suka main perempuan--pada masa itu digambarkan 'sering menyimpan Mistress). Dia hampir saja merayu gadis yang tidak sengaja ditemuinya, sebelum menahan diri karena tahu bahwa gadis itu merupakan adik perempuan Anthony yang bernama Daphne Bridgerton (ini sih karena Bro Code terkenal yang menyatakan Thou Shalt Not Lust After Thy Friend's Sister. Saya agak heran juga, apakah Bro Code ini memang sudah ada dari tahun 1813? Entahlah...)

Singkat kata, mereka (Simon dan Daphne) merasa nyaman bercanda dan berbincang-bincang sejak pandangan pertama. Ditambah lagi posisi Simon yang sedang menghindari para wanita, dan Daphne yang sedang mencari calon suami namun tidak bayak yang datang melamar, membuat mereka memutuskan untuk berkonspirasi: Simon berpura-pura mendekati Dahne selama musim ini karena alasan pribadi masing-masing. Tapi tindakan ini justru membuat Anthony marah besar. Ditambah lagi ketertarikan Simon dan Daphne terhadap satu sama lain yang malah membuat keadaan makin runyam.

Ini pertama kalinya saya membaca genre Historical Romance, dan karena pertama kali, saya mencoba mengikuti rekomendasi teman-teman karena untuk urusan HisRom, seri ini jagoannya. Saya memang merasa sangat terhibur saat membaca ini. Beberapa kali saya bahkan sampai terpingkal-pingkal karenanya. Memang sih, ada beberapa hal yang lumayan cheesy dan gampang ditebak, seperti misalnya reaksi Anthony saat mengetahui hubungan Daphne-Simon, juga reaksi Daphne saat menghadapi pertikaian Anthony-Simon yang terasa sangat antiklimaks, juga reaksi Simon terhadap masa lalunya yang, meskipun mudah diprediksi, terasa sangat lebay.

Lepas dari itu, karena buku ini menurut saya cukup "lumayan" sebagai buku HisRom pertama yang saya baca, saya beri bintang 3,5. Dibulatkan jadi 4 karena cukup menghibur dengan humor di sana sini. Terlebih karena saya mendapat kesan bahwa novel ini adalah novel yang akan saya baca jika saya sedang "butuh sesuatu yang ringan". Novel yang bisa "membuatmu merasa nyaman" karena konfliknya yaaa standar lah, begitu-begitu saja, jadi tidak membuat yang baca ikut tegang. Semacam buku relaksasi.

Untuk masalah karakter, karakter utama pria di sini sebenarnya sangat "adorable" dan bisa bikin "aaaaawwww" hehehee... rasanya pengen deh ngelus-ngelus rambut Simon dengan sayang, apalagi background masa lalunya itu, membuat tokoh ini lebih berkarakter (meski sedikit lebay). Nah, tokoh Anthony juga lumayan oke sih karena sosok big brother sejati gitu selalu membuat saya meleleh, ngahahaaa...iya alasan say ini nggak objektif ;p
Tapi tapi tapii.... si Daphne ini, meskipun digambarkan sebagai gadis tangguh, namun kok kesannya tangguh-nya nanggung ya.... sepertinya si penulis ingin menggambarkan ketangguhan gadis ini namun eksekusinya kurang sempurna, jadilah menurut saya tokoh Daphne ini "tidak menarik".

Eniwei, buku ini berhasil mengubah pendapat saya yang tadinya menyatakan bahwa "ah, buku hisrom pasti membosankan" menjadi "ooh, bisa juga hisrom lucu. Lumayan juga nih buat selingan kalo lagi bosen yang tegang2"... wahahaa meskipun, kalau harus baca buku model begini terus-terusan ya saya bisa mati bosan sih, heheee....

So, yang memang suka hisrom atau pengen baca hisrom, buku ini rekomended kok, asal nggak keberatan sama sedikit adegan panas di bagian sepertiga terakhir cerita saja, heheee... Dan tambahan lagi, novel ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan cover seperti ini:


See you in the next post ^_^

Sabtu, 18 Juni 2016

Half Upon A Time by James Riley [review]

Title: Half Upon A Time (#1)
Author: James Riley
385 pages
First published: 2010
Genre: Fantasy, Children Literature
Language: English
My rating: 4/5

Jack: Do you have to be a prince to wake a sleeping princess?
Granfather: Who knows? Smooch her, see what happens.

The funny thing in Jack's family is that every newborn son in the family would be named "Jack". Jack (the Thirteenth) lived in a land where fairy tales happened. He was a 14 years-old boy who had a bad mark in a test of 'saving-a-princess' at school. He couldn't stand royalties. He didn't believe that there is a living breathing princess in this land. And he hated his father, an infamous criminal who went missing years ago for stealing from giants by climbing magical beanstalks. That's whay he lived with his grandfather now. And his grandfather loved adventures, unlike Jack. But he was going on an adventure anyway.

It happened so suddenly when a young girl with blond and blue hair fell from a portal in the sky, right in front of Jack's outstreched arms. The girl was wearing a T-Shirt with the statement "Punk Princess" on the front. Of course Jack thought she was a princess from Punk.

May denied that she was a princess. She was a normal girl from the real world. When the huntsman came to her house and kidnap both her and her grandmother, she was panicked and managed to escape. She was transported through a portal and landed in front of Jack. Of course she was surprised to find out that the fairy tales are real and apparently...her regal and beautiful grandmother was Snow White! The Snow White!!!

May: No, because my grandmother isn't a character in a fairy tale.
Jack: Fairies don't have tails.

"If your grandmother is Snow White, then you really are a princess." -- Jack
After a funny problem where every boys in the village tried to marry May the Princess, Jack and May went on a daring adventure to rescue Snow White from the Wicked Queen. Easy, right? Of course not. They were kidnapped by the ugly and cruel witch who lived in a candy house, got eaten by a giant, met the Wolf King, the Red Hood, a fairy godmother....and a dragon!

May: You're saying witches actually ride around on brooms? Wow, how old-school.
Jack: It's tradition.

Along the way, they were accompaied by a real-living-breathing prince named Phillip, who was devastatingly handsome, and dressed in golden regalia. The three of them went through a very magical journey to the castle of the Wicked Witch.

"Because it doesn't matter if you're in a fairy tale or here in real life, doing the right thing still counts for something." -- Jack
I love this book. It is a funny twist of fairy tales. This is a kind of children book that can make you feel good after reading it. A nice companion before going to bed, heheheee.... When I was reading it, I felt like a child again, enjoying a magical story...such a nice feeling :)

I love the character Jack. He is what I think a great main character should be like. A very young yet wise boy (but not too wise. He still had the air of innocence around him). He was adorably naive, but he was brave and kind. His character portrays how a young knight shoud be, eventhough he was a child of a criminal and not a royal-born.

I loved May in the beginning of the story, She was unlike typical princess. But along the way she behaved like a spoiled child and did many things without thinking. And did you really have to take away her sarcasm? It's what made her character unique. But when the sarcasm was "stolen" I was like "Whaaaaat.... now she is a typical princess. damn!". Put that together with Phillip, the "typical prince" character, and you get a cliche :(

I hope May and Phillip characters would be different in the sequel, anyway.

Overall, this is such a good book to read when you are having a moody-kind-of-feeling-to-read-anything. Because if you're having a reading slump, a nice children book is a good way to get rid of it :)

See you in the next post ^_^

Sabtu, 11 Juni 2016

The Lottery by Shirley Jackson [review]

Title: The Lottery
Author: Shirley Jackson
30 pages, e-book version in English
First published: 1990
Genre: Thriller
My rating: 3/5

Sekelompok orang di suatu kota berkumpul untuk menarik lotere tahunan. Wajar kan? Toh lotere ini diadakan setiap tahun. Semua orang akan menarik lotere dari dalam sebuah kotak hitam tua yang sepertinya sudah saatnya diperbarui karena cat hitamnya bahkan sudah mengelupas di mana-mana dan tidak berwarna hitam lagi.

Penarikan lotere dilakukan dengan menarik kertas dari dalam kotak hitam tersebut untuk mewakili keluarga masing-masing, dengan kepala keluarga sebagai yang bertanggung jawab menariknya. Lalu sang keluarga terpilih akan menarik ronde penarikan lotere kedua untuk mengambil keputusan akhir. Untuk apa? Itulah pertanyaan besarnya yang akan terjawab setelah kau selesai membaca kisah ini.

Sama seperti cerita Shirley Jackson sebelumnya yang saya baca, cerita ini juga berhasil memukau saya dengan kegilaan dan ketegangannya yang tidak jelas, heheheee.... sepertinya ini adalah ciri khas si penulis, memikat pembaca dengan misteri namun misterinya bahkan tidak dijelaskan secara gambalang. Segalanya dalam cerita ini tersirat dalam narasi dan dialog para tokohnya.

Setelah membaca dua cerita Shirley Jackson, saya menangkap ada kesamaan tema dalam keduanya. Kedua kisah tersebut sama-sama menggambarkan "masyarakat" dan "perubahan yang sulit diterima". Meski penceritaannya didramatisir dengan sangat ajaib, namun sepertinya Shirley mencoba melemparkan kritik tajam terhadap masyarakat pada umumnya. Yeah, mungkin lho...ini sih cua analisis asal-asalan saya, heheheee....

Eniwei, saya cukup menikmati membaca kisah-kisah yang ditulis Shirley Jakson. Dan masih punya dua timbunan karya beliau juga, asyiiiik.....siap-siap menggila dan merinding kejang-kejang lagi ahhhh baca cerita selanjutnya ;p

See you in the next post ^_^

Sabtu, 04 Juni 2016

The Summer People by Shirley Jackson [review]

Title: The Summer People
Author: Shirley Jackson
32 pages, e-book version in English
First published: 1970
Genre: Thriller
My rating: 3/5

Saat itu saya sedang bingung mau baca apa lagi karena entah kenapa saya tiba-tiba merasa bosan dengan semua currently-reading saya yang memang mangkrak lama sekali, heheeee.... Lalu karena saya curhat mengenai masalah ini di grup BBI Joglosemar, buban alias Mbak Alvina si pemilik blog Mari Ngomongin Buku menawarkan untuk mengirimi saya timbunan bacaan baru, yang tentu saja saya iyakan dengan bersemangat. Yeah, sebenarnya saya tahu sih seleranya pada novel itu sedikit edan, wkwkwk...tapi semangat saja baca buku ini karena halamannya yang sedikit lumayan banget buat menambah-nambah Reading Challenge, ngahahahaaaa....

Keluarga Allison memiliki sebuah Summer Cottage yang selalu mereka datangi setiap musim panas. Suami istri Allison yang sudah pensiun pun kali ini datang berlibur di cottage mereka, dan kerena kebetulan mereka berdua sudah sama-sama pensiun, mereka memutuskan untuk memperpanjang liburan mereka di Summer Cottage tersebut.

Hari Buruh pun tiba, tanda berakhirnya musim panas. Biasanya mereka sesegera mungkin kembali ke New York. Namun kali ini, mereka tetap berada di sini selewat Hari Buruh.

Anehnya, masyarakat di desa tersebut terheren-heran dan seaakan tidak menyambut keputusan mereka itu dengan gembira. Orang-orang mulai bertingkah aneh, mulai dari penjual kerosene keliling sampai si pengantar telur. Bahkan anak mereka pun bertingkah aneh dalam surat yang terlambat ditulisnya. Apa sebenarnya yang terjadi?

Ini pertama kalinya saya membaca tulisan Shirley Jackson, dan meski cerita ini sangat pendek namun berhasil membuat saya penasaran dan merinding-merinding sampai akhir. Bagian endingnya terutama, berhasil membuat saya melongo dengan suksesnya.

Tak ada yang "pasti" dalam cerita ini, namun "ketidakpastian demi ketidakpastian" yang pelan-pelan terkuak seiring jalannya cerita benar-benar membuat saya berpikir yang nggak-nggak, hahahaa....

Oh iya, karena ini adalah ebook berbahasa Inggris, dan cukup singkat, rasanya ebook ini cocok untuk yang mau berlatih membaca novel dalam bahasa Inggris lho... juga cocok banget bagi yang suka cerita "gila" dan "menegangkan" yang meski nggak absurd-absurd banget, yah... sedikit agak ajaib hahahaa...

See you in the next post ^_^
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...