Tampilkan postingan dengan label Jenny Han. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jenny Han. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 April 2016

P.S. I Still Love You by Jenny Han [review]

Title: P.S. I Still Love You (To All The Boys I've Loved Before #2)
Author: Jenny Han
First published: 2015
337 pages (audiobook version)
Language: English
Genre: Young Adult, Contemporary, Romance
My rating: 2/5

Masih ingat cerita di buku pertama? Tidak? Oke, saya pancing sedikit ya....buku pertama berakhir sangat mengambang dengan hanya berbunyi "Dear Peter,". Jujur saja, itu akhir sebuah novel paling jenius yang pernah saya baca, beneran sukses membuat saya setengah menjerit dan hampir membanting hape.

Sequel ini berawal dari... apa lagi kalau bukan lanjutan tulisan "Dear Peter," tadi. Lara Jean, yang tidak menyangka bahwa dirinya benar-benar jatuh cinta pada Peter, akhirnya menulis surat yang ditujukan untuk pacarnya itu. Namun tentu saja, ada satu masalah yang bikin galau Lara Jean: bagaimana cara menyampaikannya ke Peter? Haruskah dikirim lewat pos, atau ditaruh di kotak suratnya, atau....diserahkan secara langsung? Untunglah Kitty, adiknya yang lugu dan ceplas-ceplos membujuknya untuk bertemu langsung dengan Peter dan menyerahkan langsung suratnya. Alhasil, pada tahun baru yang dingin, dengan masih mengenakan hanbok, pakaian tradisional Korea, Lara Jean berkunjung ke rumah Peter.

Perjalanan cinta yang easy going antara Lara Jean dan Peter ternyata tidak selalu 'easy'. Ada yang menyebar gossip miring tentang mereka melalui instagram. Sekarang semua orang, dari teman sekolahnya sampai semua gurunya menjadi saksi satu momen paling intim dalam hidup Lara Jean. Lara Jean yakin sekali bahwa Genevive, mantan pacar Peter, berada di balik layar. Belum lagi kemunculan kembali seorang cowok yang dulu sempat menghilang dari kehidupan Lara Jean, salah satu cowok yang mendapatkan 'surat cinta' dari Lara Jean.

Setelah buku pertama yang menurut saya sangat bombastis dengan plotnya yang unik, buku kedua ini terasa 'sangat hambar' dan 'sangat kosong' dan 'sangat memaksa'. Rasanya saya susah berkomentar karena rasanya kecewa luar biasa. Saya cuma memberi 2 bintang saja. Kenapa? Yuk, kita coba analisis...

Pertama, plotnya, aduhmak alamak ini plot di buku kedua ini kenapa bisa klise sekali? Super duper klise, sampai bikin saya sakit hati. Mungkin jika ini novel stand alone, atau novel pertama, saya nggak akan menharapkan banyak ya... Tapi masalahnya ini sequel woy! Sequel dari buku pembuka yang bombastis! Cuma sekelas teri begini...meh...MEH! Cewek biasa yang pacaran sama cowok populer lalu dibully semua orang gara-gara gossip miring yang disebar oleh cewek bitchy yang cemburu? Hellooooo....nggak bisa ya lebih klise lagi?

Kedua, Suspensenya tidak seseru di buku pertama. Buku pertama menghadirkan hal-hal yang, sekali lagi, karena tidak klise, pembaca tidak bisa mengharapkan sesuatu yang spesifik terjadi. Namun di sini...karena dari awal plot yang disajikan adalah sesuatu yang BIASA, suspensnya juga jadi tidak terlalu greget karena unsur surprisenya sangat sangat kurang.

Ketiga, underdeveloped karakter dapat ditemui di dua tokoh penting yang baru muncul pentingnya di buku ini: Genevive dan John Ambrose. Genevive di buku pertama, meski kemunculannya sedikit, justru sangat well-developed. Tapi entah kenapa di sini berkembang menjadi TYPICAL BITCHY GIRL. Terus si John Ambrose ini, muncul sebagai sosok COWOK SUPER SEMPURNA dan TYPICAL SILENT WARRIOR. Oh, God.... cliche much? Sepertinya kok jika mau membuat cerita novel dengan tema cinta segi empat, kau cukup menambahkan karakter typical bitchy pretty girl dan typical perfect pretty boy untuk melengkapi dua karakter utama, dan BOOM, jadi dech. Oh, please.... pembaca juga butuh variasi kan?

Keempat, hubungan kekeluargaan di keluarga Covey, terutama si kakak-beradik Song-Girls yang di buku satu sangat saya kagumi karena selain sangat realistis, tidak lebay, dan banyak memendam pesan moral, justru agak terabaikan di buku kedua ini dengan absennya karakter Margo hampir sepanjang buku. Sangat disayangkan.

Kelima, novel pertama yang berhasil membuat saya GIGGLING di sana-sini, terasa sangat LEMPENG di sequelnya. Tidak ada lagi adegan lucu namun cute, yang bisa membuat saya tertawa di sana-sini. Yang ada justru adegan yang "sok romance" dengan menghadirkan banyak sekali sentuhan klise mulai dari valentine, main bola salju, sampai adegan mergokin si pacar pelukan sama oknum lain yang akhirnya bikin bertengkar parah...eurgh....*tabur-tabur klise*

Eniwei, seperti yang sering saya bilang, tidak ada sesuatu di dunia ini yang benar-benar hitam dan putih...er, kecuali cat tembok hitam dan cat tembok putih... ehem, fokus. Oke, maksud saya, separah-parahnya suatu buku, pasti ada kelebihannya juga kan? Nah, buku ini juga memiliki kelebihan lho....er, meski cuma satu, yaitu: KITTY COVEY. Yups, karakter si adik tokoh utama yang berusia sembilan tahun ini di buku pertama mendapat jatah sedikit dan terkesan cuma numpang lewat. Namun si penulis berhasil menyulapnya menjadi karakter yang perannya cukup signifikan dan cukup well-developed di buku kedua ini.

enjoy! See you in the next post ^_^

Sabtu, 26 Maret 2016

To All The Boys I've Loved Before by Jenny Han [review]

Title: To All The Boys I've Loved Before (#1)
Author: Jenny Han
Language: English (audiobook version)
First published: 2014
Genre: Young Adult, Contemporary, Romance
My rating: 5/5
(sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia)

"If love is like a possession, maybe my letters are like my exorcisms. My letters set me free. Or at least they're supposed to."
Lara Jean Song Covey menyebut dirinya sendiri beserta kakak perempuannya Margo dan adik perempuannya Kitty sebagai "The Song Girls". Mereka semua memiliki nama tengah yang sama "Song" yang merupakan nama keluarga ibunya yang memiliki garis keturunan Korea. Tidak seperti halnya kakak beradik lain pada umumnya, The Song Girls sangat dekat satu sama lain sejak kematian ibu mereka beberapa tahun yang lalu.

Lara Jean yang berusia 16 tahun memiliki sebuah kotak topi vintage pemberian ibunya yang berisi hartanya yang paling berharga dan paling rahasia: surat-surat yang ditulisnya untuk setiap cowok yang pernah dicintainya termasuk cowok super-ganteng-super-populer yang di kelas tujuh mencuri ciuman pertamanya, cowok yang ditemuinya di perkemahan musim panas beberapa tahun lalu, dan mantan pacar kakaknya yang sekaligus juga sahabat dan tetangganya.

Segalanya berawal sejak secara misterius, surat-surat yang ditulisnya terkirim ke semua cowok yang disebut tadi. Tentu saja Lara Jean sangat malu ketika bahkan Peter (yang merupakan idola para cewek dan baru saja putus dari pacarnya) menanyainya tentang hal ini. Apalagi Josh, mantan pacar kakaknya. Rasa malunya membuatnya melakukan tindakan impulsif yang menyeretnya keluar dari dunia fantasinya yang indah...dan menghadapi kenyataan.

I LOVE THIS BOOK...!!!!!

Mungkin teman-teman tahu bahwa saya BUKAN penggemar romance. Apalagi YA romance. Bayangkan betapa terkejutnya saya ketika saya mendapati buku ini sangat W.O.W dan membuat saya terkikik sendiri di sana-sini. Padahal saya mendengarkan versi audiobooknya, yang meskipun sangat bagus dinarasikan, tapi membuat saya jengkel karena saya harus berhenti setiap kira-kira satu jam sekali. Kalau tidak begitu, rasanya panas kuping saya ini disumpal earphone terus-menerus, padahal sebenarnya saya penasaran banget pengen nerusin lagi dan lagi.

Namun seperti segala hal di dunia ini (eaaakk), novel inipun punya kelebihan dan kekurangan; the good and the bad. Jadi mulai dari yang bagus-bagus dulu yaaa....inilah alasan saya sampai kesengsem berat sama novel yang diluar genre favorit saya ini:


  • Plot yang unik. Plot unik yang menceritakan tentang surat-surat yang tidak sengaja terkirim untuk para cowok ini baru pertama kali saya temui di sebuah novel. Tidak klise. Alur ceritanya juga tidak mudah ditebak, bahkan ketika membaca sampai sudah lebih dari separo pun saya masih tidak bisa menebak si penulis akan membuat si tokoh utama berakhir dengan cowok yang mana. Ditambah twist kecil di sana sini yang sangat menghibur, tetap mengandung suspense tapi entah kenapa tetap bisa berkesan 'cute'. Rasanya hampir tiap bab nya mengundang pembaca untuk ber-"aaaaw".
  • Karakter atau penokohan yang kuat, terutama penggambaran karakter para gadis Song. Tokoh utama tidak diceritakan sebagai tokoh yang 'terlalu cantik' atau 'terlalu pintar' atau 'terlalu tidak populer' seperti kebanyakan novel YA lainnya. Penggambaran karakter para cowoknya juga tidak berlebihan dan sempurna, membuat para tokoh terlihat sangat bulat dan nyata. Pokoknya tidak ada kata selain "sempurna" untuk penokohan novel ini.
  • Nyata. Maksud saya dengan "nyata" di sini adalah penggambaran kehidupan keluarga yang sangat nyata. Novel YA pada umumnya terlalu melebih-lebihkan background tokoh utama dengan menambahkan tokoh "ayah yang jahat" atau "ibu yang sakit" atau "perceraian yang bermasalah sehingga membuat si anak depresi berlebihan". Tapi background keluarga yang digambarkan oleh si penulis sangat bagus, tidak "lebay" seperti kebanyakan novel YA lainnya. Pas dan apik.
Daaan....., terlepas dari semua kelebihan yang saya sebutkan di atas, saya mencatat ada dua hal yang bagi saya agak kurang pas:
  • Penggunaan kata "love" yang kesannya sangat gampang terjadi di berbagai situasi. Ini diperjelas dengan narasi si tokoh utama (karena memang diceritakan dari sudut pandang orang pertama) yang seolah-olah melempar kata "love" sembarangan untuk menjelaskan relationship semua orang. Mungkin memang biar pas sama judulnya ya, soalnya kalau pakai kata "like" memang kesannya kurang mantap. Ngoahahahahaaa...
  • Reaksi klise Lara Jean setelah konflik utama terjadi dimana dia harus menghadapi gosip yang beredar bahwa Dia dan Peter...er....oke, cukup, takut spoiler. Intinya reaksi si tokoh utama saat adegan klimaks buku ini justru SANGAT KLISE. Saya sampai mengerutkan dahi pada bagian ini, karena so far...novel ini berhasil menghindari adegan klise, tapi, well,...nothing is perfect kan. Untunglah adegan klise ini tidak berlangsung lama, dan novel ini kembali menemukan ritme uniknya.
Sebenarnya kalau boleh jujur saya memberi 4,7 bintang untuk buku ini. Tapi karena di goodreads tidak berlaku angka desimal kecuali buat average rating, jadi saya bulatkan ke atas. Ahhh, pokoknya saya suka banget lah sama novel ini. Apalagi adegan Halloween dengan banyak referensi ke Harry Potter, just ooowwww.....I love it. 

Dan satu lagi yang saya suka dari novel ini adalah nama si tokoh utama: Lara Jean. Entah kenapa suka banget sama nama ini. Tapi saya memang penggemar nama dengan dua kata sih...semacam Mary Jane, Mary Margareth, Ann Claire, James Olliver atau Don Allen...yah, semacam itulah. Meski nggak bisa mbayangin 'double name' diterapkan di Indonesia sih. Contoh 'Mawar Merah' atau 'Langit Senja' atau 'Bayu Harjo', pasti panggilannya jadi cuma satu kata atau malah satu suku kata saja macam 'Jo' atau 'Ngit', wkwkwk.

Nah, saya yang tidak suka romance saja sampai suka banget lho, sama novel ini...apalagi bagi yang suka romance, sangat rekomended pokoknya. See you in the next post ^_^
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...