Rabu, 29 April 2015

The Selection (Book 1) by Kiera Cass

"...love can wear away under the stress of being married. Someone you think you love now, you might start to hate when he couldn't provide for you. And if you couldn't take care of your children, it'd be worse. Love doesn't always survive under those types of circumstances." -Mr. Singer, Chapter 3, The Selection-

Masih ingat dongeng klasik Cinderella? "Pada jaman dahulu, hiduplah seorang gadis cantik bersama ibu tiri dan dua saudara tirinya...bla..bla..bla..".
Tapi pernahkah kau berpikir dari sudut pandang si Pangeran dalam kisah tersebut? Mungkin akan jadi sedikit berbeda misalnya:
"Alkisah ada seorang pangeran dari negeri antah berantah yang sudah cukup umur. Dia dituntut oleh sang raja agar segera mencari istri. Maka diundanglah gadis2 lajang dari seluruh negeri untuk datang ke sebuah perhelatan maha besar, dengan harapan sang pangeran akan menemukan cinta sejatinya"

Nah, kisah itulah yg saya tangkap saat membaca garis besar novel karya Kiera Cass ini.

Jujur saja saya bukan penikmat kisah roman, namun sekali2, saya ternyata membutuhkan old-fashioned-romance sebagai vitamin, hehehee... Jadi inilah yang akhirnya mempertemukan saya pada novel ini. Apa yang membuat saya tertarik membaca? Ada 2 alasan. Pertama krena covernya yang menurut saya cantik banget (bisa dilihat di bawah), dan review singkat novel tersebut. Dalam review singkat tersebut (bisa dicari di goodreads), disebutkan bahwa ada 35 gadis yang akan dipilih dari seluruh penjuru negeri untuk menjadi seorang puteri dan sekaligus istri dari sang pangeran. Wow, cinderella bangeeeeeetttt.....

Ternyata setelah membaca buku tersebut, saya sedikit kaget juga karena ternyata genrenya Dystopia, bukan pure romens, yang justru saya lebih suka. Jadi teruslah saya membaca buku ini seharian (sampai kepala saya rasanya pusing, karena saya baca versi ebook di tab, ugh...).

America Singer adalah seorang gadis dari kasta kelima dan seorang musisi di sebuah kerajaan bernama Illéa. Kerajaan tersebut adalah the United States yang baru, karena negara tersebut hancur setelah perang dunia keempat. Sistem 8 kasta di negeri tersebut memang sangat ketat, karena penduduk diharuskan bekerja sesuai kasta mereka. Itulah kenapa America merahasiakan hubungannya sengan seorang pemuda gagah bernama Aspen Leger karena pemuda tersebut berasal dari kasta keenam. Hubungan tersebut tentu tidak mudah bagi mereka karena Aspen yang berada satu kasta di bawah America merasa tidak pantas dan tidak bisa membiayai kehidupan mereka setelah pernikahan. Itulah sebabnya Aspen memutuskan hubungan mereka secara sepihak.

America yang patah hati akhirnya menyerah pada tuntutan ibunya yang ambisius untuk mendaftar di acara "Seleksi" karena Pangeran Maxon sedang mencari seorang pendamping. 35 gadis dari 35 provinsi pun diumumkan dan diundang ke Istana di Angeles untuk menjalani proses seleksi yang dilakukan secara langsung oleh Pangeran Maxon. America dimanjakan oleh dayang2 pribadi, gaun-gaun indah, makanan-makanan lezat, serta status barunya sebagai kasta ketiga. Apalagi pangeran Maxon yang ternyata sangat baik hati sepertinya memberi perhatian khusus padanya.

Buku pertama ini menurut saya sangat bagus kerena, yah, selain alasan tidak logis saya yang pada saat membaca buku ini memang sedang membutuhkan sebuah old fashioned romance *uhuk*, karakter America yang cenderung stubborn dan kocak, juga pangeran Maxon yang superrrrrrr baik hati sampai bikin meleleh itu juga menjadi nilai plus buku ini. Oh iya, memang di buku pertama ini lebih fokus ke romens antara kedua tokoh utamanya, namun ternyata ada berbagai macam unsur politik yang sudah disebar si penulis di buku ini sebagai clue, yang sepertinya akan dibahas lebih mendalam di buku2 selanjutnya.

Oh iya, ada satu hal sih sebenarnya yang bikin saya agak sebel, yaitu nama tokoh utama di buku ini. Jujur saja saya bukan penggemar nama orang yang diambil dari nama tempat, jadi sempat saya beberapa kali mengurungkan niat membaca buku ini karena nama tokoh utamanya America. Oh plisss.... memangnya tidak ada nama yang lebih cocok? Maksud saya, saya juga pernah lho bertemu dengan cewek bernama Indonesia, yang menurut saya, nggak bangeeett.... setipe dengan nama seperti Sidney, Virginia, London, Paris. Aduh maaaak....lebih kreatif dikit kenapa kalau ngasih nama anak. Saya nggak bisa membayangkan ada anak bernama Jakarta, Semarang, Purwokerto, Solo. Dikira trayek angkot?? Yah, tapi kembali lagi sih, itu masalah selera.

Oke, jd selain masalah nama tokoh yg nggak banget, hati2 kalau baca buku ini, jangan sampai termehek-mehek dan jatuh cinta sama Pangeran Maxon saking sweet-nya *uhuk*

Senin, 13 April 2015

Me After You

Selamat ulang tahun BEBI (BBI, Blogger Buku Indonesia), semoga semakin jaya, semakin bermutu, dan anggotanya semakin unyu-unyu *gigit bakpao sambil minum spiritus (yang penting warnanya biru)*

Posting bareng dalam rangka ultah BBI tahun ini adalah tentang perubahan setelah bergabung dengan BBI.

Me after you, my bebi....
Adalah hari yang dipenuhi timbunan tertinggi yang pernah saya miliki. Benar kata orang, semakin kita tahu sesuatu, semakin kita merasa bodoh. Semakin kita tahu banyak referensi buku bagus dari teman-teman BBI, semakin saya merasa harus memiliki ((koleksi)) kisah-kisah abadi dalam paparback, hardcover, atau ebook sekalipun. Diskonan dan book festival pun adalah neraka bagi dompet saya. Apalagi jika ada sesama teman BBI yang kebetulan sedang belanja buku diskon, ah....tak kuasa tangan ini untuk tak bergerak ke ATM dan titip dibelikan teman. Lalu timbunan buku-buku pun makin tinggi dan tinggi hingga ke langit ketujuh #ngaco.

Me after you, my bebi...
Adalah pagi yang penuh drama, siang yang penuh tawa hingga air mata bergulir karena bahagia, sore yang penuh kisanak, serta malam yang penuh kismis berkat teman2 BBI Joglosemar (Jogja Solo Semarang dan sekitarnya). Mereka adalah sahabat terbaik yang bisa saya dapatkan. Dan obrolan santai yang tadinya hanya membahas buku pun, jauh berkembang karena kami jadi saling mengenal dan menyayangi satu sama lain. Dan apakah sahabat-sahabat itu hanya dari kota saya dan kota-kota sekitarnya saja? Tentu saja tidak! Mereka juga berasal dari seluruh indonesia, dan menyenangkan sekali rasanya punya banyak teman yang meliliki hobby yang sama, baik itu yang sering ber-chatting ria di grup WA Bajay, atau yang saya kenal hanya dari blog mereka. Terimakasih bebi, sudah mempertemukan saya dengan teman-teman yang berharga *peluk bebi*

Me after you, my bebi...
Adalah hari-hari ketika saya mulai membuka diri pada genre-genre baru yang sebelumnya tidak pernah saya sentuh, namun sudah berani saya cicipi berkat reading challenge yang ada tiap bulan. Yeah, meski saya akui saya tidak selalu mengikuti program ini sih *sembunyi dari bebi*.

Me after you, my bebi...
Adalah ketika saya jadi termotivasi untuk terus membaca dan menulis. Melihat teman-teman bebi yang luar biasa, tentu menjadi penggerak sendiri bagi saya untuk tetap fokus mencapai impian. Apalagi dengan ancaman DO dari bebi jika absen menulis blog selama beberapa bulan *eh*, tentu saja itu seperti cambuk yang memacu saya untuk semakin rajin ngeblog *pecut mana pecut*.

Me after you, bebi....adalah saya yang (menurut saya) lebih baik dari me before you....

Terima kasih, my bebi...

Sabtu, 04 April 2015

Sky Burial by Xinran [review]

Judul Asli : Sky Burial
Judul terjemahan: Pemakaman Langit, Sebuah Kisah Cinta Heroik dari Tibet
Penulis: Xinran
Penerjemah: Ken Nadya Irawardhani Kartakusuma
Penerbit: Serambi
Tahun terbit: 2007
ISBN: 978-979-1275-02-6

Apa sih yang selama ini kita tahu tentang Tibet? Pakaian tebal warna-warni, kepang rambut, dataran tinggi, dan Dalai Lama? Well, sebenarnya jawaban seperti itulah yang akan saya berikan sebelum saya membaca buku ini.

Saya pertama kali mendengar tentang buku ini dari teman sesama blogger kak Lila, yang meminta buku ini sebagai hadiah ulang tahun arisan BBI Joglosemar 2 tahun lalu. Saat itupun buku ini sudah termasuk susah dicari, padahal saya adalah salah satu petugas pencari kado. Untunglah mas Tezar yg banyak akal, yg saat itu juga bertindak sebagai sesama rekan pencari kado bisa menemukan buku ini entah di mana. Setelah itu buku ini sempat terlupakan dari ingatan saya, sampai saya mendengar teman sesama blogger buku lain yg mencari-cari buku ini juga. Nah lho, sebegitu bagusnyakah buku ini sampai dicari banyak orang? Padahal di toko-toko buku biasa sudah tidak lagi dijual.

Ingat postingan saya yang lalu mengenai LPM (Laporan Pandangan Mata) Kopdar 3 kota Joglosemar di Jogja? Saat itu saya sedikit membahas bahwa rombongan Semarang sempat mampir sebentar ke JBS (Jual Buku Sastra) yang berlokasi di Gang Semangat di Jogja. Saya hanya membeli 2 buku saja (yang keduanya sudah selesai dibaca lho, uhuk, jadi bukan ditimbun) yaitu Wonder oleh R.J. Palacio (review menyusul yach) dan Sky Burial oleh Xinran. Beruntung sekali saya ketemu dua buku yang saat ini sudah sulit dicari, jadi langsunglah saya beli.

Halaman pertama buku ini sudah membuat saya tergerak untuk membacanya lagi dan lagi. Bagian pengantarnya menceritakan kisah si penulis saat masih kecil, mendengar ucapan orang mengenai "pemakaman langit". Nah, penasaran kan apa itu pemakaman langit? Apakah itu ritual pemakaman yang dilakukan di atas helikopter atau balon udara? Ternyata itu adalah tradisi warga Tibet yang mencincang jasad si mati dan ditaburkan di atas bukit agar dimakan burung-burung pemakan bangkai yang keramat. Konon, dengan menjadi makanan para burung tersebut, itu adalah salah satu bentuk harmonisme manusia dan alam, dan arwah si mati dapat terbang ke surga dibantu oleh para burung yg memakan jasad tersebut dan terbang ke langit. Jujur saja saya juga ngeri membayangkan hal ini, namun saya tergelitik untuk terus membacanya karena saya jadi lebih mengenal budaya dan cara hidup orang Tibet yang awalnya masih asing bagi saya.

Bagaimana kisah ini dimulai?

Saya akan memulainya dengan menanyakan "Apa yang akan kau lakukan demi cinta?" Relakah kau maju ke medan perang tanpa berbekal apapun selain tekad membara untuk menemukan suamimu? Relakah kautinggalkan kemewahan dunia modern dengan segala pernak-perniknya seperti internet, gadget, bahkan jam dinding dan buku yang kaubaca untuk hidup dalam pengasingan di dataran tinggi Tibet secara nomaden selama lebih dari 30 tahun demi suamimu?

Itulah Shu Wen. Dia adalah wanita terpelajar dari Cina dan merupakan seorang dokter dan dermatologis. Suaminya, Kejun yang juga sesama dokter, ditugaskan ke Tibet saat terjadi konflik Cina-Tibet sebagai salah satu "Tentara Pembebasan" saat usia pernikahan mereka baru sekitar tiga minggu. Belum menginjak usia 100 hari pernikahan, Shu Wen menerima kabar bahwa Kejun telah tewas. Anehnya, kabar tentang tewasnya Kejun sangat "hush-hush". Wen tentu saja merasa ada yang janggal. Dengan emosi meluap, dan keinginan kuat mencari tahu kebenaran kabar tentang apa yang terjadi pada suaminya, Wen pun mendaftar sebagai tentara wanita ke Tibet. Di tengah perjalanannya, dia bertemu sengan Zhuoma, wanita Tibet bernasib tragis dari keluarga terpandang yang juga sedang mencari kacung dan kekasihnya, Tiananmen. Mereka berdua tidak sengaja terpisah dari para tentara dan terluka parah, dan ditolong oleh keluarga nomaden Tibet, yang akhirnya menganggap mereka bagian dari keluarga tersebut. Dari situlah Wen akhirnya menjelma dari seorang wanita Cina menjadi Wanita Tibet dan penganut Budha yang taat.

Lalu apakah Wen dan Zhuoma berhasil bertemu cinta sejati mereka yang terpisah? Nah, bagian ini yang harus dicari tahu dengan baca langsung bukunya yach...hehee...

Bagian paling memesona dari buku ini adalah tentang budaya Tibet. Setelah membaca buku ini, saya jadi memahami budaya Tibet yang kata orang dikenal keras, dan barbar , ternyata sarat makna, dan mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga keharmonisan dengan alam dan sang pencipta. Kita bisa belajar banyak dari masyarakat Tibet tentang kesederhanaan dari cara hidup mereka yang semuanya dari alam, tentang kesabaran yang ditempa dengan pergantian musim, tentang keuletan mereka bekerja keras memerah susu dan membuat gerst untuk makan sehari-hari, dan juga tentang keramahan dari bagaimana mereka memperlakukan tamu yang datang layaknya raja. Sungguh buku ini membuka mata saya tentang banyak hal indah di dunia ini yg bisa kita lihat dari mempelajari budaya asing.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...