Tampilkan postingan dengan label Posting Bareng BBI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Posting Bareng BBI. Tampilkan semua postingan

Selasa, 28 Juni 2016

Seven Bookish Confession

Bulan Juni ini hectic banget buat saya sampi-sampai saya tidak sempat sama sekali membuka dan mengurusi blog. Utunglah postingan-postingan saya sudah dijadwal muncul seminggu sekali, heheheee..... Nah, berhubung saya sudah keluar dari gua dan berhenti bersemedi, kebetulan juga tema posbarnya sepertinya unik, saya sekalian mau buka-buka rahasia nih...

1) Saya mengaku sebagai pembaca yang cinta printed books, dan, memang benar...saya bahagia jika melihat printed books terpajang di dalam lemari saya. Terpajang doank tapi...nggak dibaca, karena kenyataannya saya justru sering membaca e-book.

2) Sudah dua tahun belakangan ini saya hampir tidak pernah membeli buku baru dengan harga normal. Jujur saya, buku baru dengan harga normal itu bagi saya sangatlah mahal. Jadi saya justru sering membeli buku-buku yang sudah didiskon, memang sih biasanya buku-buku itu terbitan lama, pinggirannya kadang sudah kuning, plastiknya sudah agak robek, tapi jika bisa mendapatkan buku dengan harga hanya 10 atau 20 ribu saja, saya tak masalah.

3) Saya lebih sering membaca buku berbahasa Inggris yang kadang bahkan tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan biasanya berbentuk e-book. Seenarnya pengeeeeeennnnn banget koleksi printed booksnya, tapi harganya itu biasanya sangat WOW buat saya, juga saya yang tinggal di desa ini susah sekali untuk mendapatkan akses ke buku-buku bebahasa Inggris. Jadi maafkan kalau e-book yang biasanya saya dapatkan memang diragukan...ehm...legalitasnya *malu*

4) Saya baru mengenal novel-novel berbau kipas sejak kenal BBI dan sudah berumur kepala dua ;p

5) Guilty pleasure saya adalah memaca fanfiction. Fandom Harry Potter adalah tempat kerinduan saya pada Harry bisa sedikit terhapuskan (halah) ;p, karena bagi saya, Harry Potter yang cuma 7 buku itu nggak akan pernah cukup, lagi...lagi....lagiii.... *maruk*. Dan pairings favorit saya itu Harry/Draco ngahahahaaaa..... aduh ini pengakuan dosa banget inihhh... *sembunyi di balik bantal* #IkaKotor

6) Sampai sekarang saya tidak tahu dan masih bingung tata cara blogtour karena belum pernah ikutan dan tidak tertarik, hahahaaa.... Blogtour itu apa? Aku di mana? Kamu siapa?

7) Saya sering kemana-mana bawa buku, dengan niat mau membaca di semua tempat kalau pas lagi senggang, atau lagi menunggu sesuatu, ngantri dan sebagainya, tapi biasanya saya buka cuma satu halaman, dan apa yang saya baca justru tidak tertangkap otak saya sama sekali. Sering satu paragraf saya baca berulang-ulang namun tetap nggak mudeng. Iya sih saya tahu saya memang lebih enjoy baca di tempt sepi. Tapi toh tetap aja saya mencoba bawa dan baca buku di tempat umum meski tahu sebenarnya besoknya bakal saya baca ulang di kamar, heheheeee...

Sekian pengakuan tujuh dosa saya mengenai buku, jangan diketawain yaaa, malu, heheheeee....

See you in the next post ^_^

Selasa, 12 April 2016

A Letter To J.K. Rowling

HAPPY BIRTHDAY, BBI....!!!!!

Tomorrow, April 13th, is BBI (Book Blogger Indonesia)'s 5th anniversary. As a way to celebrate our beloved community;s birthday, we (the book bloggers) are encouraged to write a letter to our favorite author. So I decided to write one to J.K. Rowling.



Dear Ms. Rowling,

I know this letter is kind of 'mandatory' as a way to celebrate my blogger-community's birthday, but when I decided to write this, I actually wanted to write this because I've been meaning to say something to you since I was eleven years old: thank you.

Thank you for writing the most magical story I've ever read in my life :)

Let me tell you a story of how I met Harry Potter and fell in love with the series.

My name is Kartika, which is a Javanese word means 'star', but everybody calls me Ika. I came from a small town named Purwokerto, in the south part of Java Island, Indonesia. I was eleven years old (almost twelve) at the time, and one of my childhood friends lent me a book called "Harry Potter and the Sorcerer's Stone" (the Indonesian language translation one). I was a bit skeptical about it, but my friend persuaded me and said that 'the book is about wizards but it is unlike any other wizard-books I've read'. So I brought the book home, and read it, and soon found that I could not stop until I finished it. When I reached the last page of the book, I knew I was in love.

Soon after that, I got my hands on the second and the third book which were already translated and published at the time, still borrowing from my friend. When it was time to return the books to her, I knew I was doomed: I could not stop rereading them. I did not want to return them. I wanted to have them all for myself.

Several months after returning the books, I went to a bookstore alone on a sunday afternoon, bringing a bunch of my pocket money I'd been saving for months, and bought all three Harry Potter books that have been published. I was twelve. And those three books were the first three novels I collected (now I collect a lot of novels).

I had to wait for almost two years to get the fourth book, waiting for it to be translated and all. And by the time I read the fourth book, I was already fourteen years old and was having an important test at junior high school. Because of the test, my parents didn't allow me to read it until after the test. So I stayed up at midnight, pretending to be asleep, but actually, I was reading the book with a flashlight under the blanket. And then, the fifth book came when I was in senior highschool. I was fifteen years old when I read that one. Maybe it was because of the same age as Harry throughout the series, but for me, I find it was very easy to fall in love with Harry Potter.

Up until the fifth book, I always read those in Indonesian language, the translated editions. But since the series were a big hit, local bookstores started to sell the English editions after that, which is very unusual, actually, but it made me scream in happiness inside. Let me tell you that in my town, it is very very verrryyyy hard to find imported books or books written in English. Even if there are, the cost is highly expensive. So, unless you live in Jakarta, it is very hard to acquire imported books.

Anyway, I stumbled into the sixth book when I was preparing to go to university, already seventeen years old. It was in English, not the translated one. I was amazed. It was my first English book I've ever had. And I read it because I coudn't bear to wait a whole year for the translated version to be published. It was the first novel in English that I read from the beginning until the end...and it was not an easy task to do since it is not in my mother tongue. Actually, I admit, I consulted a dictionary many many times when I was reading it.

By the time the last book published, I could read the whole book in English with no major problems, and I enjoyed it immensely. Of course, I was already in university when I read the finale.

I literary grew up with Harry. Harry Potter books were always there thoughout my childhood. They are a huge part of my childhood, a magical part. Without Harry Potter, I would never know the joy of collecting novels (now I also collect Harry Potter books both in Indonesian language and in English, but sadly, I still don't have the fourth book in English. Like I said, it is still very hard to find imported books here *cry*). Without Hary Potter, I would not be encouraged to improve my English. So, once again, thank you, for bringing the whole magical world into my life. 

Thank you for my magical childhood.

I loved the series then, and I love them still.

I sincerely wish you a very happy and magical life.


Love from your biggest fan,
-Ika-

PS. I'm reading your other books now, and I'm halfway through The Cuckoo's Calling.

Senin, 15 Februari 2016

JOGLOSEMAR UNITED: Valentine Specials - Romance Book Recommendations



Hallo...teman-teman semuanyaaa.... Pertama-tama, saya mau mengucapkan Happy Valentine dan Happy International Book Giving Day buat semuanya :)

Posting bareng BBI kali ini lumayan unik lho.... kenapa?! Karena postingannya tidak harus berbentuk review, jadi kita bebas mau nulis apa saja asal sesuai tema, isn't that fun? Yeah?

Itulah sebabnya postingan kali ini berisi rekomendasi novel romance yang passs banget buat dibaca di bulan penuh cinta ini *uhuk* yang disusun bersama dan dipersembahkan oleh anggota BBI Joglosemar dengan penuh cinta untuk semua teman-teman sekalian.

Okey, langsung saja yaaa.... inilah dia....

Joglosemar Romance Recommendations

















Rekomendasi di atas  (atas-bawah = kiri-kanan) merupakan persembahan dari: 


ALVINA, LILA, OPAT, TEZAR, DESTY, ASRI, DION, IKA, NURINA, OPAN, OKY, RAAFI, BZEE, WARDAH, DANI, CINDY, dan NINA.




Happy reading, friends.... ^_^



PS. Gambar cover diambil dari Goodreads

Oh iya, cek juga di sini untuk ngintip linky POSBAR BBI bulan Februari 2016

Jumat, 31 Juli 2015

The Julian Chapter: A Wonder Story by R.J. Palacio

Julian adalah tokoh antagonis dalam kisah Wonder karya R.J. Palacio, sebuah novel anak yang mengisahkan tentang lika-liku drama anak sekolah, termasuk bullying, yang kita tahu benar sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam dinding sekolah di seluruh dunia. Dalam novel tersebut, kita mungkin bertanya-tanya, apa sih yang ada di dalam pikiran si "tokoh jahat" ini sampai membuatnya bertindak semena-mena? Apa dia tidak punya hati?

The Julian Chapter: A Wonder Story, merupakan buku Spin-Off dari novel tersebut, yang mengisahkan cerita yang sama dengan kisah dalam novel Wonder, namun dari sudut pandang Julian, si tukang bully. Saya membacanya versi e-book karena memang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Julian adalah anak yang normal, punya keluarga yang sangat menyayanginya, dan punya teman-teman yang keren. Dia cukup kaya, dan keren juga menyenangkan, itulah sebabnya dia cukup populer di sekolah. Namun bukan manusia namanya jika tidak punya suatu kekurangan: Julian sangatlah penakut. Julian takut sekali dengan hantu, topeng seram, zombie, alien, bahkan diapun takut pada Voldemort dari film Harry Potter.

Ketika Julian diminta oleh kepala sekolah menjadi salah satu anak yang menyambut kedatangan "murid baru", tentu Julian bangga. Dia bahkan bersedia menjadi teman si anak baru itu karena tentu saja semua orang ingin jadi teman Julian yang populer. Tapi begitu pertama kali melihat Auggie si anak baru, mimpi buruknya seakan keluar ke dunia nyata untuk menghantui jam2 belajarnya di sekolah. Auggie terlihat seperti monster yang selalu membuatnya menjerit ketakutan, literally.

Ketakutannya terhadap Auggie semakin terasa ketika salah satu sahabatnya Jack Will justru malah berteman dengan Auggie. Tentu saja Julian tidak bisa tinggal diam, maka entah bagaimanapun caranya dia berusaha membuat Auggie menderita. Salah sendiri Auggie si monster datang tanpa diundang ke sekolah Julian dan mencuri semua perhatian. Ugh, apa-apa Auggie, apa-apa Auggie. Apa mereka semua tidak melihat bahwa wajah Auggie sangatlah menakutkan?!

Akhirnya setelah insiden notes ejekan yang menghebohkan dengan Auggie, ayah Julian menarik Julian dari sekolah dan berusaha memindahkannya ke sekolah lain. Selama itu, Julian pun menghabiskan liburan bersama neneknya di Perancis. Nenek Julian adalah wanita tua yang keren dan sangat "vain". Beliau selalu mementingkan penampilan, dan ke salon, tidak seperri nenek2 lain yang memakai sweater rajutan dan memanggang kuw kering untuk cucunya. Namun siapa sangka, sang nenek yang eksentrik ini justru menjadi sosok yang membuat Julian akhirnya menyadari keaalahannya. Nenek bahkan menceritakan kisahnya saat masih sekolah dulu, kisah yang membuat Julian sangat terharu.

Jujur saja, teman2, kisah si neneknya Julian ini sempat membuat saya menangis lho....benar2 menyedihkan, tapi mengharukan dan sangat indah. Kalau kalian membaca Wonder, buku yang satu ini wajib dibaca lho....kita jadi tahu bahwa sisi lain dari sebuah cerita, meski dari sisi yang gelap, juga bisa sangat menakjubkan.

Posting ini juga dibuat dalam rangka #PosbarAnak BBI.

Senin, 13 April 2015

Me After You

Selamat ulang tahun BEBI (BBI, Blogger Buku Indonesia), semoga semakin jaya, semakin bermutu, dan anggotanya semakin unyu-unyu *gigit bakpao sambil minum spiritus (yang penting warnanya biru)*

Posting bareng dalam rangka ultah BBI tahun ini adalah tentang perubahan setelah bergabung dengan BBI.

Me after you, my bebi....
Adalah hari yang dipenuhi timbunan tertinggi yang pernah saya miliki. Benar kata orang, semakin kita tahu sesuatu, semakin kita merasa bodoh. Semakin kita tahu banyak referensi buku bagus dari teman-teman BBI, semakin saya merasa harus memiliki ((koleksi)) kisah-kisah abadi dalam paparback, hardcover, atau ebook sekalipun. Diskonan dan book festival pun adalah neraka bagi dompet saya. Apalagi jika ada sesama teman BBI yang kebetulan sedang belanja buku diskon, ah....tak kuasa tangan ini untuk tak bergerak ke ATM dan titip dibelikan teman. Lalu timbunan buku-buku pun makin tinggi dan tinggi hingga ke langit ketujuh #ngaco.

Me after you, my bebi...
Adalah pagi yang penuh drama, siang yang penuh tawa hingga air mata bergulir karena bahagia, sore yang penuh kisanak, serta malam yang penuh kismis berkat teman2 BBI Joglosemar (Jogja Solo Semarang dan sekitarnya). Mereka adalah sahabat terbaik yang bisa saya dapatkan. Dan obrolan santai yang tadinya hanya membahas buku pun, jauh berkembang karena kami jadi saling mengenal dan menyayangi satu sama lain. Dan apakah sahabat-sahabat itu hanya dari kota saya dan kota-kota sekitarnya saja? Tentu saja tidak! Mereka juga berasal dari seluruh indonesia, dan menyenangkan sekali rasanya punya banyak teman yang meliliki hobby yang sama, baik itu yang sering ber-chatting ria di grup WA Bajay, atau yang saya kenal hanya dari blog mereka. Terimakasih bebi, sudah mempertemukan saya dengan teman-teman yang berharga *peluk bebi*

Me after you, my bebi...
Adalah hari-hari ketika saya mulai membuka diri pada genre-genre baru yang sebelumnya tidak pernah saya sentuh, namun sudah berani saya cicipi berkat reading challenge yang ada tiap bulan. Yeah, meski saya akui saya tidak selalu mengikuti program ini sih *sembunyi dari bebi*.

Me after you, my bebi...
Adalah ketika saya jadi termotivasi untuk terus membaca dan menulis. Melihat teman-teman bebi yang luar biasa, tentu menjadi penggerak sendiri bagi saya untuk tetap fokus mencapai impian. Apalagi dengan ancaman DO dari bebi jika absen menulis blog selama beberapa bulan *eh*, tentu saja itu seperti cambuk yang memacu saya untuk semakin rajin ngeblog *pecut mana pecut*.

Me after you, bebi....adalah saya yang (menurut saya) lebih baik dari me before you....

Terima kasih, my bebi...

Jumat, 30 Januari 2015

Gone Girl [review] dan Tebak Riddle Secret Santa

Judul buku: Gone Girl (Yang Hilang)
Penulis: Gillian Flynn
Paperback, 613 halaman
Penerbit: Gramedia
Alih bahasa: Ariyantri Eddy Tarman
Tahun terbit: 2014 (cetakan pertama)
ISBN: 978-602-03-1072-5

Lance Nicholas Dunne (Nick) menganggap bahwa kepala istrinya sangat cantik. Jika orang-orang bertanya apa yang paling disukai dari istrinya, tentu dia akan menjawab "kepalanya". Itu juga salah satu alasan Nick panik saat mengetahui istrinya hilang di hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke lima: membayangkan kepala cantiknya dipukul hingga berdarah-darah mengotori rambut pirangnya. Oh, sungguh tragedy!

Amy Elliot Dunne, seperti yang tertulis lewat buku hariannya, adalah wanita yang manis, lovable, dan luar biasa! Orangtuanya menulis buku serial anak-anak yang karakternya dicuri dari putri mereka sendiri, dan menamainya Amazing Amy (Amy yang luar biasa). Hampir semua orang membaca kisah Amazing Amy yang membuat Amy yang asli merasa harus bersaing dengan dirinya sendiri versi tokoh fiksi rekaan orangtuanya. Hal yang paling membuat Amy dongkol adalah ketika Amazing Amy bahkan lebih dulu menikah dengan Able Andy. Namun Amy sendiri akhirnya menikahi Nick Dunne, cowok imut yang akhirnya membawanya pergi dari New York untuk tinggal di daerah asalnya di Missouri.

Ketika Amy menghilang, beritanya menghebohkan seisi kota. Karena siapa sih yang tidak kenal dengan Amazing Amy yang manis? Namun kecurigaan polisi dan publik semakin tertuju ke arah Nick, si suami yang bertingkah aneh sejak menghilangnya sang istri. Nick dituduh menjadi penculik dan pembunuh istrinya sendiri, meski dia menyangkalnya dan harus menyewa pengacara kenamaan untuk membelanya ketika bukti-bukti semakin memojokkannya.

Lalu dimana Amy?

Itulah mistery yang akan terungkap di akhir buku ini, jd karena takut spoiler, tidak akan saya beberkan di sini :-)

Buku bantal ini ceritanya unik. Tapi bukan berarti dari awal sampai akhir ceritanya menarik lho, soalnya sejak halaman awal sampai kira-kira halaman 250-an, alurnya terkesan lambat, bertele-tele. Saya bahkan sampai berkali-kali berhenti membacanya karena "ini buku apa bagusnya sih, kok sampai banyak banget yang suka. Padahal ceritanya ya begitu-begitu saja". Eits, tapi jangan salah...begitu memasuki halaman 300.....whoa!!!!!! Saya sampai terkaget-kaget sendiri dengan kejutan-kejutannya, and guess what, sampai nggak bisa berhenti baca buku ini. Iya, segitu bagusnya bagian akhir buku ini.

Buku ini menceritakan kehidupan suami istri yang penuh dengan drama tapi dibalut dengan intrik tuduhan penculikan dan pembunuhan. Jadi agak mistery-detektif gitu deh. Diceritakan dari dua sudut pandang: Amy dan Nick. Dua sudut pandang ini biasanya sangat mengganggu kalau saya sedang membaca sebuah buku, karena jujur saja, saya lebih suka yang sudut pandangnya tidak gonta-ganti. Tapi herannya, dua sudut pandang di sini berkolaborasi dengan cantiknya sampai saya tidak bisa menentukan sudut pandang favorit saya dari nick atau Amy.

Oh ya, yang menarik adalah, saya berkali-kali dikagetkan oleh dua tokoh utamanya seperti saat awal membaca buku ini, saya sangat simpatik pada Nick, dan agak2 sebel sama Amy yang perfeksionis. Nah, di tengah cerita, saya kok malah jadi sebel sama Nick dan simpatik sama Amy dech, eh di akhir cerita aku jadi gregetan aja sama mereka berdua. Pengen aku jitak rasanya mereka berdua itu, hih....

Dari segi terjemahan, bahasa indonesianya sudah nyaman dibaca. Yah, meski ada satu dua kata yang agak mengganjal waktu dibaca, tp tidak sampai mengganggu kok. Jadi terjemahannya sudah cukup oke.

Sebenarnya saya lebih memilih buku dengan satu sudut pandang saja karena pasti, pasti saya akan cenderung suka pada salah satu tokoh dan salah satu susut pandang saja. Jadi sya memang sudah menyiapkan diri saya untuk itu sebemarnya, sampai buku ini benar2 mengacaukan ekspektasi saya. Saya dipaksa untuk menyukai kedua tokoh utama buku ini! Wow! Belum pernah terjadi lho.... Gillian Flynn memang hebat!

Identitas Secret Santa

Oh iya, saya sudah bilang kan kalau Santa sempat kirim sms ke saya menanyakan kabar buku kirimannya? Tenang, saya tidak melacak identitasnya dari situ kok.

Bahkan, terus terang saja ya, saya malah sudah tahu identitasi si Santa saat dia kirim sms itu, hehee.... Jadi begini, petunjuk dari Santa adalah agar aku mengunjungi Rumahnya yang berstruktur heksagonal = segi delapan = jaring laba-laba = web = blog. Intinya adalah Jika ingin tahu identitas Santa, saya harus mampir ke blognya.

Iris = jenis bunga

Assam dan Earl Grey = jenis teh (kebetulan Earl Grey adalah salah satu jenis teh favorit saya)

Petunjuk itu mengarah sepenuhnya pada blog yang ada unsur teh nya dan ada unsur bunga nya. Dan blog siapakah itu?

teacupandvelvet.blogspot.com

Itulah alamat blog yang memiliki header bunga iris cantik dan mengandung unsur teh pada alamatnya.

Terimakasih pada Santa baik hatiku "Eka Fatimah Ade Putri" atas kadonya. Senang berkenalan denganmu, Santa #peluk

Jumat, 28 Maret 2014

Revolting Rhymes by Roald Dahl

Author: Roald Dahl
Ilustrator: Quentin Blake
Language: English
Genre: Children's Poetry, Satire
First Published in 1982

Gambar di atas adalah "penampakan" asli dari Roald Dahl's Revolting Rhymes, tapi karena saya baca yang versi e-book (hasil dikasih teman pula hihiii..), maka saya sertakan juga gambar di bawah:
Posbar kali ini, temanya "Puisi". Tapi karena ini pertama kalinya saya mereview puisi (dan saya juga tidak tahu bagaimana caranya mereview puisi yang baik), maka saya sengaja membuat review saya sedikit "berbau" puisi.
Let's check it out....

A long time ago, I got this e-book from kind miss Lila
It took me an hour to fully read this little fella
Six stories of fairy tales in rhymes
Inside this Roald Dahl's Revolting Rhymes
Cinderella's story is supposed to be pretty
Yet right here, it is instead crazy
Jack and the Beanstalk is second in line
The Giant ate Jack's poor mom with brandy and wine
The third story is no better
Since the original Snow White is much cuter
Later comes Goldilocks the criminal
Who treats the Bear family like animal
The last two tales are of wolfs in the woods
Alas, Red Riding Hood makes them into fashionable goods
So, my friend, if you look for something different
Please read Revolting Rhymes as your cliche-detterent

-The End-


Komentar tambahan dari blogger:

Terima kasih buat teman-teman BBI yang memilih postingan ini sebagai "Review of the Month" bulan Maret 2014 :)

Kamis, 30 Januari 2014

Time Riders by Alex Scarrow [Secret Santa 2013: 'I know who you are']

Original title: Time Riders (first of the saga)
Author: Alex Scarrow
Genre: YA, Science-Fiction
Publisher: Puffin Books, the Penguin Group
First published in 2010
ISBN: 978-0-141-32692-4












"Mankind was never meant to dabble with time. Never! But now that we know how to somebody needs to make sure that nobody actually does so. And, if some fool does go back in time, then it's someone's job to fix the damage caused as quickly as possible." - pg. 21-

LIAM O'CONNOR should have died at sea in 1912.
MADDY CARTER should have died on a plane in 2010.
SAL VIKRAM should have died in a fire in 2026.

Liam O'Connor, sixteen years old, was having his last very minutes in the legendary sinking Titanic when an old man came to him and brought him to the future to experience wonders and excitements of being a Time Rider. He was not alone, though. Madeline (Maddy) Carter, was a genius eighteen years old girl who liked working with the computer; hacking and programming were her hobbies. Saleena (Sal) Vikram, however, was an indian girl of a young age of thirteen and very observant. They were recruited from different time and different places by a mysterius old man named Foster.

People should not meddle with time, because when they do, they will deliberately or not, change history, and thus change the future. There was a secret organization to fix the timeline everytime there was a ripple in time; they observe, analyze and go back and forward in time to fix it. They are what we call the time-cops or Time Riders. Liam the operator of the team, Sal the observer, and Maddy the analyst and the leader learnt together under the tutelage of none other than Foster.

They, accompanied by Bob their "robot", were in the middle of their training when something drastic changed the year of 2001 (a time where they stayed in their New York headquarter). They traced it back to the year of 1956 when President Eisenhower at the White House was killed by German invasion. But what happened when Liam was stuck in 1956 and captured by the German?

The story was pretty good since a time-travel story always fascinates me. My favorite caracters so far are both Maddy and Liam, especially Liam since he was from the past and the interaction he had with the future people was always so hillarious.

Now that the serious matter was covered, let's go to the fun part!
Masih ingat program tahunan BBI yang namanya Secret Santa? Inilah saatnya menebak identitas si Santa baik hati yang mengirimiku buku di atas. Sebenarnya ada satu buku lagi pemberian si santa, tapi sepertinya harus diriview satu-satu, jadi saya akan tulis di posting selanjutnya.

Untuk menebak identitas si Santa, dia mengirimiku riddle seperti foto di samping ini.
Ada tujuh macam benda yang gambarnya ada di kertas tersebut, dan ketujuh benda tersebut akan membawaku padanya.
Siapa dia???

Berikut daftar benda-benda tersebut dalam bhs Inggris karena ucapan si Santa juga berbahasa Inggris:

SPOON
APPLE
ROSE
NUTCRACKER
IPAD
AGENDA
BLACK BOX

Lalu kita ambil semua huruf depan dari benda-benda di atas:

S-A-R-N-I-A-B

Huruf-huruf acak di atas bisa disusun menjadi sebuah nama: SABRINA

Ketemu! Dan masih ada satu bukti lagi yang menguatkan identitas si Santa lho.... yaitu pada hari pengumuman X kepada santa oleh divisi event akhir tahun lalu (saya lupa tanggal berapa, heheeeee), ada satu nama yang mengirim friend request ke akun goodreads saya. Nama yang tertera di friend request itu adalah: SABRINA.

Kebetulan kah? menurut saya tidak.

Jadi dengan ini secara resmi saya menyatakan terima kasih yang sebesar-besarnya atas buku-buku hadiah dari kak Sabrina. Makasih kak Sabrina si Santa baik hati... *peluk*... I love them a lot, meski baru dibaca satu buku...hehee....

So, apakah tebakanku benar, wahai Santa?

Selasa, 30 Juli 2013

Tales of a Fourth Grade Nothing (by Judy Blume)

Paperback, 120 pages
Publisher: Scholastic
Printed in September 2003
ISBN: 0-439-55986-3
This edition is only available for distribution through the school market

I got this book in a secondhand bookshop in Semarang for only IDR 15.000,- and I didn't actually looking for this book. Since, it was Judy Blume's, so why not? I thought. It stayed on top of my book-pile for several months before I read it (I was having a break from fantasy, my favorite genre so far) and surprise..surprise...I loved it from the first paragraph.

Peter Warren Hatcher, a fourth grade boy who won a turtle from Jimmy Fargo's birthday party was so happy. He named it 'Dribble'. He thought he deserved a pet because he was a big boy and totally responsible, although his Mom didn't like the smell of it. She always said 'I don't like the way he smells' which was so silly since of course Dribble smelled like turtle..he was supposed to smell like turtle. Peter's Dad worked in an advertising company, and his little brother a three-year-old toddler named Farley Drexel Hatcher was considered the biggest problem in his life.

See the text taken from the book below:

Everybody calls him Fudge. I feel sorry for him if he's going to grow up with a name like Fudge, but I don't say a word. It's none of my business.
   Fudge is always in my way. He messes up everything he sees. And when he gets mad he throws himself flat on the floor and he screams. And he kicks. And he bangs his fists. The only time I really like him is when he's sleeping. He sucks four fingers on his left hand and make slurping noise.

The story is very unique since it was told from Peter's point of view as the first person. Thus making it childish, innocent, honest, and everything you can expect from a fourth-grader journal. It is amazing how we can understand a thorough expressions and feelings of a little boy through such simple phrases and sentences. It really reminds me of my childhood. I really can relate to Peter's situation because I have a little brother too...and I remember a bunch of silly situations with my little brother (just like Peter and Fudge) that made me upset years ago, yet I can think of with fondness right now.

There was a part that really stuck in my head though...it was when Peter and his two friends got an assignment, and he had to make a poster (which he kept in his bedroom, under the bed). I don't know why, but I just could see him, nearly burst in tears, with a sinking feeling in his stomach when he found out that his poster was ruined by his little brother. Ohhh, the feeling... I almost cried because I remember...*pause*...oh forget it. I got carried away.

By the way...if I have to give stars...then 4,5 out of 5! Yeayy!!!

PS. This post is written as a requirement of Posting Bareng BBI Children Literature.

Senin, 29 April 2013

Review: Victoria dan Sang Earl by Meg Cabot

Paperback, 248 halaman
Judul asli: Victoria and the Rogue
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit: Gramedia
Tahun terbit: 2010
ISBN: 978-979-22-6550-7

"Aku khawatir sekali aku tidak akan pernah menemukan cinta sejatiku. Seandainya aku tidak berjumpa dengannya, atau seandainya aku sudah berjumpa dengannya, dan membiarkannya pergi? Seandainya cinta sejatiku Robert Dunleavy? Minggu lalu aku bilang kepada Robert Dunleavy bahwa giginya mengingatkanku pada...pada kuburan!"-hal.136-

Kutipan di atas sukses membuat saya terpingkal-pingkal. Begitulah gaya tulisan tante Meg ini: ringan dan menghibur, namun seringkali membuat pembaca berpikir "iya juga yach?".

Buku ini merupakan kisah Historical Romance untuk remaja, jadi bisa dikatakan versi Teenlit-nya HisRom. Berkisah mengenai Lady Victoria Arbuthnot, seorang Lady muda berusia enam belas tahun yang mandiri, tegas, berani dan suka mengatur pada abad ke-18. Sepeninggal orangtuanya, yang tentu saja setelah itu Victoria lantas mewarisi gelar dan harta orangtuanya yang berlimpah, dia dibesarkan di India oleh tiga orang pamannya yang semuanya bujangan dan bergerak di bidang militer. Pada usianya yang keenam belas tahun, ketiga walinya memutuskan untuk memulangkannya ke London, Inggris untuk mencari calon suami. Yang mengejutkan, belum juga menginjakkan kaki di London, Victoria sudah bertunangan dengan Hugo Rothschild, Earl of Malfrey kesembilan yang sangat tampan dan memesona yang melamarnya di atas kapal Harmony dalam perjalanan dari India menuju Inggris. Mereka sebenarnya berniat merahasiakan pertunangan ini untuk sementara, namun siapa sangka, Kapten Jacob Carstairs yang tidak sengaja menyaksikan kejadian tersebut di kapal dengan sengaja keceplosan bicara di hadapan paman dan bibi Victoria, juga sepupu-sepupu Gardiner. Apalagi sepupu Rebecca Gardiner sangat tergila-gila pada sang Kapten.

Kejadian-kejadian lucu pun terjadi saat Victoria dan Kapten Jacob Carstairs tidak sengaja bertemu: mulai dari adegan turun tangga dari kapal Harmony yang dramatis sampai pencopet kecil yang menjambret tas Rebecca dan akhirnya dibekuk Victoria, yang sayangnya setelah dipikir-pikir menunjukkan bahwa Victoria bertingkah agak tidak seperti Lady kalangan atas di Inggris. Namun siapa peduli? Toh menurut Victoria, budaya Inggris agak kuno.

Masalah pun mulai muncul saat satu-persatu kedok Hugo Rothschild terbongkar, dan siapa lagi yang menguaknya selain Kapten Jacob Carstairs yang ujung-ujung kerahnya selalu lima senti lebih rendah daripada umumnya, dan membuat Victoria jengkel?

Seperti yang saya ungkapkan di atas, buku ini sangat ringan karena memang diperuntukkan untuk remaja, dan cukup menghibur soalnya hanya butuh satu hari bagi saya untuk menamatan buku tipis ini. Karakter utama wanita di buku ini sangat khas karakter tante Meg; seorang wanita yang berpendirian, tangguh, berani berbeda, berani berpendapat, dan berani mengejar impian...pokoknya heroine banget! Memang plot-nya sedikit klise, namun gurauan-gurauan yang ada cukuplah buat sedikit menutup kekurangan ini. Bagaimanapun saya selalu suka baca tulisan Tante Meg selama ini ^_^

PS. Post ini sebenarnya diikutsertakan dalam rangka "Posting Bareng BBI" dengan tema "Penulis Wanita", meski saya mem-posting ini sudah telat 13 jam. So sorry... ;p

Kamis, 28 Maret 2013

REVIEW: Harry Potter dan Tawanan Azkaban by J.K. Rowling

Paperback, 534 halaman
Judul asli: Harry Potter and the Prisoner of Azkaban
Penerjemah: Listiana Srisanti
Penerbit: Gramedia
Tahun terbit: 2001

"EXPECTO PATRONUM"

Dementor, Escaped prisoner, Hipogriff....tahun ketiga bagi penyihir imut berkacamata ini memang penuh kejutan. Bermula dari Harry yang kabur dari rumah bibi Petunia dan paman Vernon setelah menggelembungkan bibi Marge yang menyebalkan (dengan accidental magic, tentunya), pertemuan dengan anjing hitam besar di Magnolia Crescent yang berakhir pada kemunculan bus tingkat warna ungu "the Knight Bus"--transportasi darurat untuk penyihir yang tersesat. Julurkan saja tangan pemegang tongkatmu, naiklah ke atas, dan kami bisa membawamu ke mana saja kau ingin pergi (page 50).

Hari-hari terakhir musim panas dihabiskan Harry di Leaky Cauldron, meski dia sudah berjanji pada Cornelius Fudge si menteri sihir bahwa dia tidak akan berkeliaran di London-nya Muggle, karena Sirius Black yang baru saja melarikan diri dari Azkaban sedang memburunya.
Guru baru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam tahun ini sangat kompeten. Profesor Remus J. Lupin mengajari murid kelas tiga cara menangani boggart dengan "riddikulus", red cap, hinkypunk, kappa, dan tentu saja mengajari Harry mantera Patronus untuk mengusir Dementor. Usut punya usut, si profesor keren ini ternyata teman dekatnya James Potter waktu masih sekolah lho...
Banyak sekali kejadian masa lalu yang terungkap dalam buku ini, diantaranya adalah identitas traitor sebenarnya dalam tragedi halloween yang menewaskan Lily dan James Potter, dan tentu saja identitas para Marauder pembuat Marauder's Map.

Kejadian paling menyebalkan, selain pelajaran Ramalan-nya profesor Trelawney tentu saja, adalah tentu saja munculnya dementor, makhluk kegelapan penjaga penjara sihir Azkaban yang menghisap harapan dan kebahagiaan dari manusia, dan bisa mengambil jiwamu dengan sekali kecupan.
Adegan klimaks dalam kisah ini bisa dikatakan spektakuler karena penuh kejutan, termasuk reuni 3 Marauder: Sirius Black, Remus Lupin, dan Peter Petigrew yang dikira sudah meninggal, dan ups, belum lengkap donk tanpa kehadiran Bat of the Dungeon, sang Potion Master kita, Severus Snape!!!! Pokoknya seru abis....

QUOTES
"Sirius menceritakan padaku bagaimana mereka menjadi animagi semalam. Pencapaian yang luar biasa--lebih-lebih lagi mereka berhasil menyembunyikannya dariku. Dan kemudian aku teringat bentuk Patronus-mu yang sangat unik, ketika dia menerjang Mr. Malfoy dalam pertandingan Quidditch-mu melawan Ravenclaw. Jadi, kau memang melihat ayahmu semalam, Harry...kau menemukannya dalam dirimu." --Dumbledore, page 525.

"Itu menandakan bahwa yang paling kau takuti adalah ketakutan itu sendiri. Sangat bijaksana, Harry." --Lupin, page196.

"Kau betul-betul anak ayahmu, Harry..." --Black, page 509.

Oh ya, jangan lupa, kalimat favorit saya sepanjang masa dari buku ini adalah:

"I solemnly swear that I am up to no good"

Last but not least, review aneh ini saya tutup dengan:

"Mischief managed" 

PS. Review ini saya ikutkan sebagai:
1) Hotter Potter
2) BBI monthly event March: Fantasy
2) Fantasy RC

Kamis, 31 Januari 2013

[Review] EONA: Punggawa Naga Terakhir by Alison Goodman [posted as a part of Secret Santa 2012]

Paperback, 655 halaman
Judul asli: Epna: The Last Dragoneye
Alih Bahasa: Putra Nugroho
Diterbitkan oleh Noura Books, Mizan Fantasy
Tahun terbit: Juli 2012

I think this book is simply amazing!!! (thanks to my Secret Santa who gave me the book that I really love so much).

Mungkin sebaiknya saya katakan sekali lagi bahwa dalam event Secret Santa yang diadakan oleh BBI di penghujung tahun 2012 yang lalu, saya menerima buku ini (untuk post saya tentang hal ini bisa dilihat di Secret Santa 2012: Eona and Unsolved Riddle). Memang sudah menjadi kewajiban bagi si penerima untuk menyelesaikan buku ini tepat waktu dan mereview, yang tentu saja dengan senang hati saya lakukan. Saya bahkan sudah selesai membaca buku ini pada awal januari yang lalu, namun baru sempat menulis review tepat satu jam sebelum deadline posting. Jadi disinilah saya, berusaha mengingat-ingat kisah yang sudah sebulan saya telan bulat-bulat. Oh, dan jangan lupa, di akhir tulisan saya ini saya harus menebak identitas Secret Santa saya. That would be fun!

Okey, here goes...

Eona sang Putri Punggawa Naga akhirnya membongkar identitasnya sebagai Punggawa Naga wanita. Dia dan dua sahabatnya Ryko dan Dela berhasil kabur dari istana dan antek-antek High Lord Sethon dengan bantuan Kepala Nelayan Tozay. Namun Ryko terluka parah akibat pertarungan terakhirnya dengan Lord Ido, sang Punggawa Naga Tikus. Pada saat menjelang detik-detik kematian Ryko, Dela yang putus asa meminta Eona untuk mencoba menyembuhkan Ryko dengan kekuatannya sebagai Putri Punggawa Naga Kembar. Eona pun menyanggupinya.

Ryko berhasil sembuh total berkat Eona, namun harga yang ditanggung sangatlah mahal. Proses penyembuhan tersebut melibatkan kesepuluh naga yang sedang berduka akibat kehilangan punggawa mereka, mencoba menyerang Eona saat dia berada dalam dunia energi (hua). Eona hampir tidak sanggup menghadapi mereka, namun tak disangka, Lord Ido, yang juga berada di dunia energi datang membantu Eona. Bencana besar pun timbul akibat pertarungan para naga, dan para penduduk desa nelayan tempat Eona dan kawan-kawan berada banyak yang tewas sebagai korban tak berdosa. Eona pun merasa bersalah dan berniat ingin menjadi lebih kuat agar kejadian tersebut tidak terulang lagi.

Karena status mereka yang merupakan buron kekaisaran (High Lord Sethon menasbihkan diri sebagai Kaisar Naga dalam kudeta), Eona, Dela, Ryko dan Vida (putri dari Tozay) berkelana dalam penyamaran sambil berusaha mencari Kygo sang Kaisar Mutiara yang keberadaannya tidak diketahui sejak kudeta Sethon. Namun Kygo lah yang muncul ke hadapan mereka. Kygo yang mendengar kabar terbunuhnya ibu dan adiknya menjadi gelap mata dan membunuh semua orang secara membabi buta, termasuk para pengawalnya. Untunglah Eona berhasil menyadarkannya sebelum terlambat.

Dalam kehirukpikukan yang terjadi, Eona mendapatinya bisa mengendalikan kehendak Ryko akibat usaha penyembuhan yang dilakukan Eona sebelumnya. Ryko sangat marah akan hal ini.

Di lain pihak Kygo dan Eona tidak bisa melawan ketertarikan mereka pada satu sama lain. Mereka sering menghabiskan waktu dengan bercakap-cakap, dan puncaknya adalah pengangkatan Eona sebagai Naiso kerajaan bagi Kygo, yang berarti penasihat kaisar, dan memiliki status setara dengan kaisar. Benih-benih cinta pun mulai timbul.

Sementara itu Kygo membutuhkan dukungan dari seorang punggawa naga dengan kekuatan penuh untuk mengambil alih kambali haknya sebagai Kaisar Naga yang sah. Padahal Eona belum menguasai kekuatannya. Hal ini membuat mereka membebaskan Lord Ido dari penjara Sethon untuk melatih Eona. Masalah mulai timbul ketika dalam dunia hua, Eona dan Ido berhubungan secara intim. Ini membuat ketegangan antara Kygo-Eona-Ido semakin terlihat jelas di tengah konflik: cinta segitiga di tengah intrik politik perebutan kekuasaan.

Satu per satu rahasia kelam pun mulai terungkap. Kinra sang Putri Punggawa Naga sebelum Eona, yang juga merupakan nenek moyangnya memiliki niat tersembunyi untuk mengambil mutiara kerajaan dari leher sang kaisar melalui Eona. Sementara Eona berusaha mati-matian melawan hasrat membunuh Kinra terhadap Kygo, Sethon pun semakin mendekat dengan mengirim pasukan berjumlah dahsyat kepada kaum pemberontak, Kygo dan Eona.

Ending cerita ini sebenarnya agak bisa ditebak, meski lebih baik saya tidak membeberkannya disini karena banyak sekali pembaca merupakan kaum pembenci spoiler :D

Keseluruhan isi buku ini menurut saya sangat luar biasa. Alison Goodman benar-benar meramu kisah cinta, fantasi, dan intrik politik menjadi bacaan yang sangat menyenangkan. Tokoh-tokohnya pun unik karena kepribadian mereka ditampilkan secara bulat. Saya bahkan sangat menyukai karakter Lord Ido sebelum ending cerita yang tiba-tiba karakter Lord Ido seperti agak keluar dari jalur (seperti yang saya bilang tadi, karena ending yang mudah ditebak, dan menurut saya juga agak memaksa. yah, baca sendiri lah, heheeee). Di lain pihak, nilai plus juga karena Alison berhasil mempertahankan buku ini hanya sebagai 2 seri, namun padat berisi. Sungguh keputusan yang briliant!

Dan sekarang....eng ing eng....menebak siapa Santa baik hati yang melemparkan buku ini dalam pelukan saya. Oke, seelumnya, untuk mengingatkan lagi, saya akan tulis kembali Riddle yang diberikan olah sang Santa:
I am a rash in a ran
I'm just a shower rain
An act without thinking
Hastly without due consideration
Sometimes bad tempered and rude

I am a rash in a ran
I'm walking but sometimes on air
But only at simple past tense
Proceed when quick actio needed
Of a voluntary personal action

I am a rash in a ran
Just ignore what the meaning of me
For it just what google would told you
What you need is a genius generator online
To get me back for what it is once

Just remember, 
I AM A RASH IN A RAN

Oke, saya akan menyimpulkan arti dari riddle di atas dengan gaya Sherlock Holmes (ehem):

Ada tiga petunjuk.
Pertama, tulisan tangan. Gaya tulisan yang rapi, dan dengan tinta warna warni di atas kertas yang jelas jelas kertas khusus surat atau kertas file yang lucu (saya juga suka membeli kertas seperti ini), ditambah sticker kartun lucu, menunjukkan dengan jelas bahwa Santa adalah seorang PEREMPUAN.

Kedua, kata-kata yang tertulis dalam bait-bait riddle memberi gambaran, yang meski tidak terlalu jelas, namun flowery, mengenai karakter Santa yang sering blak-blakan kalo ngomong dan sangat suka berkeliaran dalam dunia maya.

Ketiga, kalimat terakhir yang ditulis dalam huruf kapital semua menunjukkan bahwa bagian terpenting dalam riddle yang ditulisnya, tak lain dan tak bukan adalah kalimat ini. I AM A RASH IN A RAN. Sekilas memang agak membingungkan, namun setelah diartikan satu persatu, rash menurut Cambridge dictionary berarti careless or unwise, without tought for what might happen or result. Sedangkan ran disini digunakan dengan sangat mencurigakan mengingat ran merupakan bentuk past tense dari run, dan tidak mungkin menambahkan article a atau an di depannya. Jadi jelas ini merupakan pengecoh. Namun pronunciation ran adalah /ren/, dan jika menilik data BBI, seseorang dengan nama panggilan tersebut adalah mba Renanda Puspita.

Apakah tebakan saya benar???

Wahai sang Secret Santa yang baik hati, saya memanggil kehadiranmu atas nama Eona sang Punggawa Naga Terakhir, DATANGLAH!!

:D

PS. Untuk melihat link posting menebak identitas secret santa, bisa berkunjung ke blognya Oki di sini.

Senin, 31 Desember 2012

Review: The Time Keeper (by Mitch Albom)

Paperback, 311 halaman
Penerbit: Gramedia
Tahun terbit: 2012
Penerjemah: Tanti Lesmana

Ini adalah buku pertama Mitch Albom yang saya baca dalam event baca bareng BBI di penghujung tahun ini, namun, percaya gak percaya, ini adalah kedua kalinya saya nulis review buku ini. Kok bisa? Karena review yang pertama saya tulis terhapus tanpa sengaja. memang, kebodohan akhir tahun tak bisa dihindari heheee...

Ada tiga kisah dalam buku ini yang berjalan sendiri-sendiri, namun bersinggungan di satu titik tertentu. Karena ada tiga kisah, tentu saja ada tiga karakter utama: Dor sang penjaga waktu, Sarah Lemon si gadis SMA yang sedang dimabuk cinta, dan seorang milyuner bernama Victor Delamonte yang hidupnya tinggal menghitung hari.

Dor, Nim, dan Allie tumbuh bersama sejak kecil meskipun mereka memiliki kegemaran, sifat dan ambisi yang berbeda. Nim yang ambisius akhirnya menjadi seorang raja yang berkuasa yang karena ambisinya akhirnya memerintahkan rakyatnya membangun menara yang tingginya mencapai surga, agar Nim bisa membunuh para dewa da menguasai langit dan bumi. Di lain pihak, Dor menikah dengan Allie. Keduanya saling mencintai dan dikaruniai putra dan putri. Namun keadaan memaksa mereka berpisah dengan anak-anak mereka dan hidup dalam kemiskinan. Allie merupakan istri yang setia dan perhatian meskipun Dor hanya peduli pada ambisinya untuk menghitung perputaran matahari dan bulan, membuat jam matahari yang pertama, dan mengukur sesuatu yang pada akhirnya oleh umat manusia disebut "waktu". Pada saat Allie sekarat dan waktunya sudah hampir habis, Dor nekat memanjat menara Nim untuk meminta lebih banyak waktu pada para dewa, dan hal berikutnya yang terjadi adalah dia terkurung dalam sebuah gua selama 6000 tahun, mendengar rintihan dan doa para manusia yang meminta lebih banyak waktu.

Sarah Lemon merupakan gadis yang sangat cerdas, namun kehidupan masa remaja yang kejam membuatnya tidak memiliki teman hingga dia bertemu Ethan. Ethan merupakan tipikal cowok populer yang tidak akan menengok dua kali demi seorang gadis seperti Sarah Lemon. Namun pertemuan tak disengaja setiap sabtu di tempat kerja sosial Sarah membuat mereka saling bertegur sapa, dan menumbuhkan benih-benih cinta dalam diri Sarah. Sarah pun menyatakan perasaannya pada Ethan pada malam natal, dan penolakan tegas Ethan membuat Sarah mengambil sebuah jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya di malam tahun baru dengan menghirup gas karbon monoksida yang beracun dalam mobil.

Victor Delamonte yang sudah tua selalu sibuk dengan urusan bisnis. Dia merupakan orang terkaya keempat belas di dunia. Pernikahannya dengan Lorraine lambat laun terasa semakin hambar. Namun ketika divonis mengidap penyakit yang akan mengakhiri hidupnya dalam hitungan minggu, Victor mati-matian mencari jalan keluar menghindari kematian. Dia bahkan mengejar imortalitas. Dia adalah orang yang mengharapkan lebih banyak waktu.

Setelah 6000 tahun dalam gua, Dor akhirnya dikembalikan ke bumi dalam sebuah misi. Misinya adalah untuk mengajarkan makna waktu kepada kedua orang diatas. Berhasilkah dia?

Cover buku ini menurut saya sangat bagus, baik versi terjemahannya (seperti yang saya pajang di atas), ataupun versi aslinya seperti berikut ini:
Bagian awal buku ini menurut saya memang agak membosankan, namun ketika cerita sudah mulai sampai pada kembalinya Dor ke bumi rasanya sulit untuk menutup buku ini. Kisah dalam buku ini juga mengajarkan pada pembaca arti pentingnya waktu, dan bagaimana seharusnya kita menghargai dan tidak menyia-nyiakannya. Bahasanya ringan namun tepat sasaran, sangat enak dibaca karena tidak berlebihan. Ini membuat banyak dialog layak dikutip sebagai quotation, seperti contoh dibawah ini:

     "Cinta tidak menjadikanmu bodoh."
     "Dia tidak membalas cintaku."
     "Itupun tidak lantas membuatmu bodoh."

  "Waktu bukanlah sesuatu yang bisa kaukembalikan. Saat berikutnya mungkin merupakan jawaban atas doamu. Menolaknya berarti menolak bagian yang paling penting dari masa depan."
     "Apa itu?"
     "Harapan."

     "Jalan buntu adalah untuk hari kemarin, bukan hari-hari esok."

Berikut merupakan cuplikan resensi dari cover buku bagian belakang:
     Dialah pencipta jam pertama di dunia. Dia dihukum karena mencoba mengukur anugerah terbesar dari Tuhan, diasingkan ke dalam gua hingga berabad-abad dan dipaksa mendengarkan suara orang-orang yang minta diberi lebih banyak waktu. Lalu dia kembali ke dunia kita, dengan membawa jam pasir ajaib dan sebuah misi: menebus kesalahannya dengan mempertemukan dua manusia di bumi, untuk mengajarkan makna waktu pada mereka.

Untuk melihat review di Goodreads bisa langsung klik Review in English atau Review dalam bahasa Indonesia.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...