Minggu, 28 Desember 2014

Riddle Secret Santa 2014

My dear Santa,

Kado darimu sudah sampai pertengahan desember lalu. Dan, saya sukaaaaaaa.....banget sama kertas kadonya #eh. Tapi beneran dech, kertas kadonya cakep banget, gambarnya BigBen di London, tempat yg suatu saat nanti pengen saya kunjungi. Amin.

By the way, ini kali ketiga saya ikut program Secret Santa (SS). Di SS, para peserta diacak untuk mendapatkan Target (x), sementara kita sendiri menanti kado kejutan dari si Santa baik hati yg identitasnya harus kita tebak berdasarkan petunjuk yang diberikan Santa.

Kali ini saya mendapat buku Gone Girl yang gambarnya belum bisa saya unggah karena Internet saya lemot dan belum dari tadi belum bisa mengunggah gambar (nangis di pojokan). Jadi saya akan menambahkan gambarnya nanti malam saat saya mengedit posting ini setelah ketemu koneksi internet yang nggak kacrut yaaa... Maka dari itu, Riddlenya akan saya tulis di bawah ini:

"Wahai pemburu kata,
Kuundang kau berkunjung ke rumah berstruktur heksagonal milikku
Yang bersanding dengan Iris
Akan kujamu kau dengan ketenangan
Kuperkenalkan dengan Assam dan Earl Grey"


Begitulah tulisan dalam riddle yang saya terima. Oh ya, tambahan lagi, Si Santa juga sempat mengirimiku SMS lho, untuk menanyakan apakah kadonya sudah sampai atau belum.

Santa sayang, makasih sekali lagi yaaaa, buat kadonya. Sudah mulai aku baca lhoooo bukunya, meski belum selesai. * peluk santa*

Edited:
Akhirnyaaa ketemu koneksi internet yang bisa buat upload foto, heheee.... jadi langsung saja saksikanlah penampakan berikut ini yaaaa:


Kamis, 27 November 2014

The Giver by Lois Lowry

The Giver (Sang Pemberi), paperback 232 halaman
Penerbit: Gramedia
Cetakan Pertama: Agustus 2014
Penerjemah: Ariyantri Eddy Tarman
Desain dan ilustrasi cover: Staven Andersen
isbn: 978-602-03-0668-1
Pemenang penghargaan Newbery Medal 1994

Jonas hidup di dunia yang penuh dengan keteraturan dan peraturan di sebuah komunitas. Pada usia dua belas tahun, semua anak dalam komunitas menerima pekerjaan apa yang akan mereka lakukan; pekerjaan yang oleh para tetua dirasa paling tepat untuk mereka.

Sejak mereka dilahirkan, semua pilihan telah dirampas dari genggaman mereka; pilihan untuk memilih pekerjaan, pilihan untuk melakukan hal-hal yang disukai, pilihan untuk bersama orang-orang yang dicintai, bahkan pilihan untuk hidup atau untuk mati.

Ketika semua anak Dua Belas telah menerima pekerjaan mereka masing-masing kecuali Jonas, dia merasa ketakutan karena semua pekerjaan dirasa tidak cocok untuknya. Ternyata para Tetua memilihnya untuk menjadi Sang Penerima yang selanjutnya, dibawah bimbingan Sang Pemberi yang misterius. Sang pemberi kemudian mengangkat Jonas sebagai muridnya, mengenalkannya pada berbagai macam pengalaman, kejadian di masa lalu, dan emosi manusia yang lebih dalam termasuk rasa sakit. Saat perlahan-lahan Jonas mengetahui rahasia dibalik segala keteraturan komunitasnya, dia merasa resah. Dia merasa bertanggungjawab untuk menemukan kehidupan yang penuh warna seperti yang dilihatnya dalam kenangan yang diterimanya dari Sang Pemberi. Hal itulah yang mendorongnya untuk melakukan tindakan yang drastis, ditemani Gabriel, bayi laki-laki yang telah dianggap adik oleh Jonas.

Buku ini termasuk salah satu dari genre dystopia yang sekarang ini memang sedang marak beredar dimana-mana. Ide tentang sebuah keteraturan mutlak setelah peperangan dan bencana memang bukan sebuah hal yang mustahil.Gaya bahasanya juga ringan karena ini memang buku yang dikhususkan untuk anak-anak dan remaja.

Sebenarnya ada satu bagian dalam buku ini yang paling membuat saya tidak bisa tidur setelah membacanya, yaitu adegan "pelepasan" salah satu bayi kembar, yang menurut saya digambarkan dengan blak-blakan dan membuat saya bergidik sendiri karena membayangkannya. Tapi saya tidak akan cerita banyak, takut spoiler soalnya, hahahaaa.....

Eniwei, berhubung baru-baru ini buku ini diangkat ke layar lebar, jadi buku ini tetap layak dibaca. Apalagi ada embel-embel pemenang Newbery Medal 1994,  dan segabreng penghargaan lainnya, jadi sebaiknya jangan dilewatkan membaca buku ini lhooo......

Oh iya, postingan ini juga dibuat dalam rangka event Posting bareng bulan November dengan tema buku-buku pemenang Newbery Medal yang diselenggarakan BBI (Blogger Buku Indonesia).

Kamis, 20 November 2014

Wishlist Secret Santa 2014

Secret Santa tahun ini agak berbeda ternyata. Kenapa? Karena sekarang kita memasukkan wishlist di blog masing-masing. Nah, postingan kali ini khusus ditujukan untuk Santa-ku tersayang, entah dimanapun kau berada.

Langsung saja kita lihat daftarnya ya San (Santa maksudnya. Biar kelihatan lebih akrab trus pake nickname gitu maksudnya):

  1. Gone Girl (Gillian Flynn)
  2. The School for Good and Evil (Soman Chainani)
  3. Burial Rites - Ritus Ritus Pemakaman (Hannah Kent)
  4. Peter Nimble and His Fantastic Eyes (Jonathan Auxier)
  5. Sebelas Menit (Paulo Coelho)
  6. The First Phone Call From Heaven (Mitch Albom) - terbit tanggal 11 Desember 2014
Semua buku-buku di atas sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kok, San. Mudah-mudahan tidak sulit mencarinya, soalnya saya sudah survei ke toko buku terdekat, dan stoknya memang masih banyak, jadi kalau mau beli offline bisa langsung di Gramedia atau TM atau toko buku terdekat. Tapi kalau mau ngasih buku yang bahasa Inggris juga nggak papa kok, malah akan saya terima dengan senang hati, heheheee....

Nah, kalau Santa mau beli online juga boleh, malah biasanya banyak diskonnya, heheee......  
Maaf juga tidak sempat memasukkan linky online shop untuk tiap buku, ini soalnya postingnya buru2 di kantor. Nanti kalau sempat saya usahakan mengedit postingan ini dan memasukkan linky OL-shop nya, oke?

Selasa, 23 September 2014

When Lightning Strikes

Series: 1-800-Where-R-You (first of the series)
Author: Meg Cabot
First published in 2001
Language: English


Jessica Mastriani, gadis SMA yang baru berumur enam belas tahun, secara tidak sengaja memiliki kekuatan supernatural setelah dia tersambar petir sepulang sekolah.

Kekuatan baru Jess memungkinkannya mengetahui lokasi anak-anak hilang yang fotonya tidak sengaja Jess lihat di karton kotak susu yang diminumnya. Tentu saja Jess, sebagai seorang warga negara yang baik, menelepon nomor hotline yang tertera di kotak susu tersebut, dan mengabarkan keberadaan si anak hilang tersebut. Hal tersebut berlangsung beberapa hari, dan beberapa anak hilangpun berhasil ditemukan dengan selamat. Namun masalah mulai muncul ketika salah satu anak hilang ditemukan meninggal di lokasi yang diinformasikan oleh Jess, dan terkubur di bawah sebuah pohon akibat pembunuhan. FBI pun mulai beraksi karena Jess malah dicurigai sebagai dalang berbagai penculikan dan pembunuhan anak.

Saya sebenarnya baca buku ini yang versi English, ebook pula *heheheee*, tapi berhubung saya sedang tidak mood mereview pake English juga, jd pake Indo saja yach. Sepertinya buku ini juga belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yang menurut saya, sayang sekali lho....karena buku-buku Meg Cabot itu selalu layak dibaca karena bahasanya yang, seperti biasa, enak dinikmati dan tidak complicated. Satu hal yang saya suka dari Tante Meg adalah beliau tidak terlalu berlebihan ber-narasi, jadi pembaca pun tidak gampang bosan.

Dari segi cerita, buku ini punya ide cerita yang unik, agak-agak berbau science fiction juga sich...tapi dari segi karakter, hampir semua karakter utama dalam novel-novel tante Meg memang bersifat mirip. Hal ini menurut saya bisa sedikit dirubah dengan membuat karakter utama yang jauh berbeda dari novel-novel yang lain, sebenarnya, jadi tidak terlalu monoton. 3,5 dari 5 bintang dech buat buku ini. ^_^

Sabtu, 05 Juli 2014

A Dash of Magic by Kathryn Littlewood

Paperback, 300 halaman
Seri kedua Bliss novel
Penerbit: Nourabooks, Mizan Fantasi
Tahun terbit: 2013
Penerjemah: Sujatrini Liza


"Kau sudah menjadi sous-chef yang luar biasa selama sembilan tahun terakhir, walaupun kue-kue yang dibuat tidak seajaib yang kita inginkan. Sekaang waktunya bagi Mama untuk menjadi sous-chef-mu. Mama akan berada di sisimu sepanjang waktu." -hal 47-

Setelah pencurian atas Bliss Cookery Booke oleh Aunt Lily di buku pertama, buku kedua ini dimulai dengan Aunt Lily yang memanfaatkan Booke untuk kepantingannya sendiri agar dia bisa terkenal. Lily bahkan memiliki acara TV sendiri, dan menjual produk memasak yang "berbau sihir jahat". Untuk menghentikannya, Rose, yang merasa bertanggung jawab atas hilangnya Booke, menerima tantangan Bibi Lily untuk mengikuti kompetisi Gala (kompetisi memasak internasional) di Paris. Jika Rose menang, maka bibi Lily akan mengembalikan Booke, jika tidak maka Rose dan keluarga Bliss harus merelakan hilangnya Booke untuk selamanya.

Petualangan Rose dan keluarga Bliss pun dimulai ketika mereka harus mengumpulkan bahan-bahan ajaib untuk membuat kue ajaib seperti Deantang Lonceng Notre Dame, atau Rona Ratu Sejati. Untunglah dengan bantuan kakek Balthazar, Gus si kucing yang bisa bicara, juga Jaques yang selalu siap membantu, mereka berhasil mengumpulkan bahan-bahan ajaib tersebt. Namun apakah Rose masih bisa memenangkan Gala ketika bawahan Lily yang jahat berhasil mencuri semua bahan ajaib yang teah dikumpulkan dengan susah payah itu?

Hal yang paling saya suka dari buku ini adalah: Biru. Pinggirannya yang berwarna biru itu memang sangat menggemaskan, jadi tak kuasalah saya untuk menolak panggilan hati untuk memiliki buku ini *halah*. Hal yang saya tidak suka adalah karakter Rose. Dia seharusnya adalah tokoh utama yang...yah, spesial, tapi disini menurut saya Rose sama sekali tidak menonjol. Rasa percaya diri kurang, kemampuan yang pas-pasan, plin-plan, dan...pokoknya biasa saja. Jujur saja saya agak bosan membaca buku ini karena karakter si Rose yang tidak mencolok sebagai "main" karakter ini.

Bagian akhir juga terlihat sangat "berlebihan". Pertama, penampilan Rose saat final. Memang dari awal buku pertama udah digambarkan bahwa Rose memang seorang gadis yang penampilannya "biasa saja". Namun apa iya, kata "biasa saja" itu lantas diartikan dengan Rose yang menghadiri final kejuaraan "memasak" dengan pakaian "tidak higienis"? Baju belepotan adonan kue yang sudah mengering? Heloooo, memangnya dia ke Paris tidak membawa pakaian ganti atau apa? Kenapa pula ibunya membiarkannya tampil di final kompetisi internasional yang notabene "masuk tivi" dengan penampilan kumal? Dan yang kedua, bagian Rose saat menengis dengan air mata mengalir tanpa henti sambil memasak....err, agak berlebihan dech.

Yah, memag sekali lagi saya sarankan, buku ini untuk konsumsi anak SD dan SMP saja, soalnya ceritanya kurang kompleks untuk konsumsi dewasa. Lah terus kenapa saya yang dewasa ini juga baca buku ini? *meringis* #kabur

Every Boy's Got One #Boy3 by Meg Cabot

Paperback, 328 pages
Published by Pan Macmillian, 2005
Language: English





Jane Harris, cartoonist and creator of Wundercat comic, was very excited to be asked by her best friend (Holly Caputo)'s maid of honour in Italy, when she was eloping with her long-term boyfriend, Mark Levine.

It was supposed to be an enjoyable vacation for Jane until she met the best man of Mark's choice: journalist Cal Langdon who didn't believe in a successful marriage. It was hate at first sight for both Cal and Jane, and it was a nightmare for both of them to share a house in an Italian countryside where someone has to walk down the road to the electronic gate to find the fuse box and turn the power back on because you apparently could not turn on the electronic stove while the light was on (this reminds me of my grand's house *grins*).

The plot was very classic, actually, with the maid of honour and the best man as the main characters, I think most of the readers can guess where the story ends. Plus a very cliche pattern of "turning hate into love". Yet despite the cliche, Ms.Cabot could turn it into a very hilarious and interesting story that I enjoyed thoroughly.

This is the third book of the Boys series, and I actually didn't read the second book (*smiles shyly*) but if I had to compare, I definitely would choose the first book over the third. Why? I was a little disappointed by the ending of the book since the characters seemed to suddenly jump from hate to love. I mean one minute they hated each other, and because of Jane's travel diary that was accidentally read by Cal, and booommm...they loved each other to the point that they extended their vacation in Italy. But thumb's up for the overall story, anyway :)

Sabtu, 26 April 2014

Ways to Live Forever by Sally Nicholls

Paperback, 214 halaman
Judul Terjemahan: Setelah Aku Pergi
Judul Asli: Ways to Live Forever
Penulis: Sally Nicholls
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia
Tahun Terbit: 2008 (Indonesia)
Harga: Rp. 22.500,- (harga obral)
ISBN 978-979-22-3653-8


"Itu," kata Felix, "omong kosong paling konyol yang pernah kudengar. Tuhan membuatmu kena kanker supaya kau bisa menyadari betapa enaknya naik sepeda? Masa kau mau tulis begitu!" -pg. 51-

Ucapan di atas memang terdengar sangat sinis. Namun mungkin jika kau berada di posisi Felix, anak lelaki berusia tiga belas tahun yang mengidap kanker, kau juga mungkin akan sesinis itu.

Setiap orang menghadapi cobaan hidup dengan cara yang berbeda-beda. Itulah yang menurut saya sedang coba disampaikan Ms. Nicholls dalam bukunya yang fenomenal ini. Ada yang menghadapinya dengan sinis seperti Felix, ada pula yang menghadapinya dengan penyangkalan seperti Mr. McQueen, atau dengan mencari cara untuk mencapai keabadian, seperti tokoh utama kita Sam.
Daftar No. 1: FAKTA-FAKTA TENTANG AKU
1. Namaku Sam
2. Umurku sebelas tahun
3. Aku suka mengumpulkan cerita dan fakta-fakta yang fantastis
4. Aku mengidap leukimia
5. Saat kalian membaca buku ini, kemungkinan aku sudah pergi. -pg.13-
Intro di atas menurut saya cukup bombastis karena to the point tapi intriguing. Dengan membaca pembukaannya saja, kita sudah bisa mengharapkan dan menebak-nebak apa yang bakal terjadi di buku ini tanpa menghilangkan unsur suspense di sepanjang cerita.

Sam, yang berumur sebelas tahun dan menderita leukimia stadium akhir, mendapatkan ide dari guru privatnya Mrs. Willis untuk menulis sebuah buku tentang dirinya. Berawal dari sebuah proyek sekolah, Sam menulis sebuah "Bucket List" (daftar mengenai hal-hal yang ingin dilakukan sebelum meninggal). Bucket list tersebut hanya keisengan Sam yang tidak benar-benar berniat mewujudkannya, namun Felix, sahabatnya sesama penderita kanker 'mendorongnya' untuk mewujudkannya, satu demi satu.

Dua sosok sahabat ini sangat menarik menurut saya. Felix yang hanya dua tahun lebih tua dari Sam bersikap seperti seorang kakak pemberontak yang badung. Sedangkan Sam yang lebih kalem seperti adik yang penurut namun juga suka bersenang-senang. Mereka melakukan berbagai macam hal 'ajaib' untuk mewujudkan bucket list milik Sam. Keduanya memiliki cara pandang yang sangat berbeda dalam menghadapi penyakit mereka, namun hal tersebut justru menjadi pelengkap persahabatan mereka.

Tokoh Sam, yang hanya berumur sebelas tahun, adalah sosok yang cerdas dan pemberani. Dia menghadapi 'kematian' dengan pikiran logis seperti orang dewasa, bukannya menangis dalam pelukan orangtua, namun dia justru mempertanyakan alasan-alasan ilmiah di balik penyakitnya, hingga sikap 'nrimo'-nya yang terpampang jelas pada detik-detik akhir kehidupannya dengan cara berusaha hidup semaksimal mungkin.

Tokoh Felix, sementara itu, bersikap sinis karena dia marah, namun dia tidak tahu harus marah pada siapa. Ada beberapa bagian cerita yang menunjukkan amarahnya yang merskipun hanya tersirat, jika diperhatikan terasa cukup jelas. Kutipan di atas yang saya pakai sebagai pembuka post ini contohnya, merupakan ungkapan kemarahan Felix pada Tuhan yang memberi penyakit padanya tanpa alasan yang dia belum mengerti. Point nomor dua dari daftar yang dibuat Felix bahkan berbunyi "mengebom semua dokter pakai bom nuklir"(pg 33) -ini jelas-jelas menunjukkan amarahnya pada para dokter yang dalam sosok seorang anak, seharusnya memiliki sentuhan ajaib yang bisa menyembuhkan segalanya, namun ternyata juga angkat tangan dalam kasus Felix. Dilema Felix inilah yang membuatnya menjadi sinis, dan pemberontak. Sepertinya dia ingin menyampaikan pada dunia bahwa "kalau aku besok mati, sebaiknya kulakukan saja semua hal gila yang ingin kulakukan sekarang".

Lain halnya dengan reaksi para orangtua Sam. Sang ayah, Mr. McQueen berusaha sebaik mungkin untuk menghadapi segalnya dengan "melakukan hal-hal normal". Puncak penyangkalan sang ayah terjadi ketika sang ayah memaksa Ella (adik kecil Sam) untuk ke sekolah "seperti biasa" sedangkan Sam ingin sekali mereka semua bermain seluncuran salju, yang mungkin untuk terakhir kalinya dalam hidupnya. Sang ibu sementara itu, hampir selalu menuruti kemauan Sam selagi ada kesempatan.

Karena diceritakan dari sudut pandang anak lelaki berumur sebelas tahun, gaya bahasanya pun lugas seperti penuturan anak-anak. Jujur dan tidak bertele-tele. Namun bukan berarti dangkal lho, soalnya buku ini sukses membuat saya menangis di akhir cerita , heheee.... Dan bagi saya, buku yang sukses membuat saya meneteskan air mata itu sangat layak dapat bintang 5 :)
Dan salut juga buat Gramedia yang bikin cover buku yang cakeeeeeeppp dan imuuutttt banget. Luv it so much ^_^

Dan....ternyata ini sudah difilmkan lho!!!! Poster filmnya bisa dilihat di bawah ini. Dari posternya sih, itu film menang banyak penghargaan juga. *langsung ngacir kalang kabut nyari filmnya*

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...