Rabu, 29 April 2015

The Selection (Book 1) by Kiera Cass

"...love can wear away under the stress of being married. Someone you think you love now, you might start to hate when he couldn't provide for you. And if you couldn't take care of your children, it'd be worse. Love doesn't always survive under those types of circumstances." -Mr. Singer, Chapter 3, The Selection-

Masih ingat dongeng klasik Cinderella? "Pada jaman dahulu, hiduplah seorang gadis cantik bersama ibu tiri dan dua saudara tirinya...bla..bla..bla..".
Tapi pernahkah kau berpikir dari sudut pandang si Pangeran dalam kisah tersebut? Mungkin akan jadi sedikit berbeda misalnya:
"Alkisah ada seorang pangeran dari negeri antah berantah yang sudah cukup umur. Dia dituntut oleh sang raja agar segera mencari istri. Maka diundanglah gadis2 lajang dari seluruh negeri untuk datang ke sebuah perhelatan maha besar, dengan harapan sang pangeran akan menemukan cinta sejatinya"

Nah, kisah itulah yg saya tangkap saat membaca garis besar novel karya Kiera Cass ini.

Jujur saja saya bukan penikmat kisah roman, namun sekali2, saya ternyata membutuhkan old-fashioned-romance sebagai vitamin, hehehee... Jadi inilah yang akhirnya mempertemukan saya pada novel ini. Apa yang membuat saya tertarik membaca? Ada 2 alasan. Pertama krena covernya yang menurut saya cantik banget (bisa dilihat di bawah), dan review singkat novel tersebut. Dalam review singkat tersebut (bisa dicari di goodreads), disebutkan bahwa ada 35 gadis yang akan dipilih dari seluruh penjuru negeri untuk menjadi seorang puteri dan sekaligus istri dari sang pangeran. Wow, cinderella bangeeeeeetttt.....

Ternyata setelah membaca buku tersebut, saya sedikit kaget juga karena ternyata genrenya Dystopia, bukan pure romens, yang justru saya lebih suka. Jadi teruslah saya membaca buku ini seharian (sampai kepala saya rasanya pusing, karena saya baca versi ebook di tab, ugh...).

America Singer adalah seorang gadis dari kasta kelima dan seorang musisi di sebuah kerajaan bernama Illéa. Kerajaan tersebut adalah the United States yang baru, karena negara tersebut hancur setelah perang dunia keempat. Sistem 8 kasta di negeri tersebut memang sangat ketat, karena penduduk diharuskan bekerja sesuai kasta mereka. Itulah kenapa America merahasiakan hubungannya sengan seorang pemuda gagah bernama Aspen Leger karena pemuda tersebut berasal dari kasta keenam. Hubungan tersebut tentu tidak mudah bagi mereka karena Aspen yang berada satu kasta di bawah America merasa tidak pantas dan tidak bisa membiayai kehidupan mereka setelah pernikahan. Itulah sebabnya Aspen memutuskan hubungan mereka secara sepihak.

America yang patah hati akhirnya menyerah pada tuntutan ibunya yang ambisius untuk mendaftar di acara "Seleksi" karena Pangeran Maxon sedang mencari seorang pendamping. 35 gadis dari 35 provinsi pun diumumkan dan diundang ke Istana di Angeles untuk menjalani proses seleksi yang dilakukan secara langsung oleh Pangeran Maxon. America dimanjakan oleh dayang2 pribadi, gaun-gaun indah, makanan-makanan lezat, serta status barunya sebagai kasta ketiga. Apalagi pangeran Maxon yang ternyata sangat baik hati sepertinya memberi perhatian khusus padanya.

Buku pertama ini menurut saya sangat bagus kerena, yah, selain alasan tidak logis saya yang pada saat membaca buku ini memang sedang membutuhkan sebuah old fashioned romance *uhuk*, karakter America yang cenderung stubborn dan kocak, juga pangeran Maxon yang superrrrrrr baik hati sampai bikin meleleh itu juga menjadi nilai plus buku ini. Oh iya, memang di buku pertama ini lebih fokus ke romens antara kedua tokoh utamanya, namun ternyata ada berbagai macam unsur politik yang sudah disebar si penulis di buku ini sebagai clue, yang sepertinya akan dibahas lebih mendalam di buku2 selanjutnya.

Oh iya, ada satu hal sih sebenarnya yang bikin saya agak sebel, yaitu nama tokoh utama di buku ini. Jujur saja saya bukan penggemar nama orang yang diambil dari nama tempat, jadi sempat saya beberapa kali mengurungkan niat membaca buku ini karena nama tokoh utamanya America. Oh plisss.... memangnya tidak ada nama yang lebih cocok? Maksud saya, saya juga pernah lho bertemu dengan cewek bernama Indonesia, yang menurut saya, nggak bangeeett.... setipe dengan nama seperti Sidney, Virginia, London, Paris. Aduh maaaak....lebih kreatif dikit kenapa kalau ngasih nama anak. Saya nggak bisa membayangkan ada anak bernama Jakarta, Semarang, Purwokerto, Solo. Dikira trayek angkot?? Yah, tapi kembali lagi sih, itu masalah selera.

Oke, jd selain masalah nama tokoh yg nggak banget, hati2 kalau baca buku ini, jangan sampai termehek-mehek dan jatuh cinta sama Pangeran Maxon saking sweet-nya *uhuk*

Senin, 13 April 2015

Me After You

Selamat ulang tahun BEBI (BBI, Blogger Buku Indonesia), semoga semakin jaya, semakin bermutu, dan anggotanya semakin unyu-unyu *gigit bakpao sambil minum spiritus (yang penting warnanya biru)*

Posting bareng dalam rangka ultah BBI tahun ini adalah tentang perubahan setelah bergabung dengan BBI.

Me after you, my bebi....
Adalah hari yang dipenuhi timbunan tertinggi yang pernah saya miliki. Benar kata orang, semakin kita tahu sesuatu, semakin kita merasa bodoh. Semakin kita tahu banyak referensi buku bagus dari teman-teman BBI, semakin saya merasa harus memiliki ((koleksi)) kisah-kisah abadi dalam paparback, hardcover, atau ebook sekalipun. Diskonan dan book festival pun adalah neraka bagi dompet saya. Apalagi jika ada sesama teman BBI yang kebetulan sedang belanja buku diskon, ah....tak kuasa tangan ini untuk tak bergerak ke ATM dan titip dibelikan teman. Lalu timbunan buku-buku pun makin tinggi dan tinggi hingga ke langit ketujuh #ngaco.

Me after you, my bebi...
Adalah pagi yang penuh drama, siang yang penuh tawa hingga air mata bergulir karena bahagia, sore yang penuh kisanak, serta malam yang penuh kismis berkat teman2 BBI Joglosemar (Jogja Solo Semarang dan sekitarnya). Mereka adalah sahabat terbaik yang bisa saya dapatkan. Dan obrolan santai yang tadinya hanya membahas buku pun, jauh berkembang karena kami jadi saling mengenal dan menyayangi satu sama lain. Dan apakah sahabat-sahabat itu hanya dari kota saya dan kota-kota sekitarnya saja? Tentu saja tidak! Mereka juga berasal dari seluruh indonesia, dan menyenangkan sekali rasanya punya banyak teman yang meliliki hobby yang sama, baik itu yang sering ber-chatting ria di grup WA Bajay, atau yang saya kenal hanya dari blog mereka. Terimakasih bebi, sudah mempertemukan saya dengan teman-teman yang berharga *peluk bebi*

Me after you, my bebi...
Adalah hari-hari ketika saya mulai membuka diri pada genre-genre baru yang sebelumnya tidak pernah saya sentuh, namun sudah berani saya cicipi berkat reading challenge yang ada tiap bulan. Yeah, meski saya akui saya tidak selalu mengikuti program ini sih *sembunyi dari bebi*.

Me after you, my bebi...
Adalah ketika saya jadi termotivasi untuk terus membaca dan menulis. Melihat teman-teman bebi yang luar biasa, tentu menjadi penggerak sendiri bagi saya untuk tetap fokus mencapai impian. Apalagi dengan ancaman DO dari bebi jika absen menulis blog selama beberapa bulan *eh*, tentu saja itu seperti cambuk yang memacu saya untuk semakin rajin ngeblog *pecut mana pecut*.

Me after you, bebi....adalah saya yang (menurut saya) lebih baik dari me before you....

Terima kasih, my bebi...

Sabtu, 04 April 2015

Sky Burial by Xinran [review]

Judul Asli : Sky Burial
Judul terjemahan: Pemakaman Langit, Sebuah Kisah Cinta Heroik dari Tibet
Penulis: Xinran
Penerjemah: Ken Nadya Irawardhani Kartakusuma
Penerbit: Serambi
Tahun terbit: 2007
ISBN: 978-979-1275-02-6

Apa sih yang selama ini kita tahu tentang Tibet? Pakaian tebal warna-warni, kepang rambut, dataran tinggi, dan Dalai Lama? Well, sebenarnya jawaban seperti itulah yang akan saya berikan sebelum saya membaca buku ini.

Saya pertama kali mendengar tentang buku ini dari teman sesama blogger kak Lila, yang meminta buku ini sebagai hadiah ulang tahun arisan BBI Joglosemar 2 tahun lalu. Saat itupun buku ini sudah termasuk susah dicari, padahal saya adalah salah satu petugas pencari kado. Untunglah mas Tezar yg banyak akal, yg saat itu juga bertindak sebagai sesama rekan pencari kado bisa menemukan buku ini entah di mana. Setelah itu buku ini sempat terlupakan dari ingatan saya, sampai saya mendengar teman sesama blogger buku lain yg mencari-cari buku ini juga. Nah lho, sebegitu bagusnyakah buku ini sampai dicari banyak orang? Padahal di toko-toko buku biasa sudah tidak lagi dijual.

Ingat postingan saya yang lalu mengenai LPM (Laporan Pandangan Mata) Kopdar 3 kota Joglosemar di Jogja? Saat itu saya sedikit membahas bahwa rombongan Semarang sempat mampir sebentar ke JBS (Jual Buku Sastra) yang berlokasi di Gang Semangat di Jogja. Saya hanya membeli 2 buku saja (yang keduanya sudah selesai dibaca lho, uhuk, jadi bukan ditimbun) yaitu Wonder oleh R.J. Palacio (review menyusul yach) dan Sky Burial oleh Xinran. Beruntung sekali saya ketemu dua buku yang saat ini sudah sulit dicari, jadi langsunglah saya beli.

Halaman pertama buku ini sudah membuat saya tergerak untuk membacanya lagi dan lagi. Bagian pengantarnya menceritakan kisah si penulis saat masih kecil, mendengar ucapan orang mengenai "pemakaman langit". Nah, penasaran kan apa itu pemakaman langit? Apakah itu ritual pemakaman yang dilakukan di atas helikopter atau balon udara? Ternyata itu adalah tradisi warga Tibet yang mencincang jasad si mati dan ditaburkan di atas bukit agar dimakan burung-burung pemakan bangkai yang keramat. Konon, dengan menjadi makanan para burung tersebut, itu adalah salah satu bentuk harmonisme manusia dan alam, dan arwah si mati dapat terbang ke surga dibantu oleh para burung yg memakan jasad tersebut dan terbang ke langit. Jujur saja saya juga ngeri membayangkan hal ini, namun saya tergelitik untuk terus membacanya karena saya jadi lebih mengenal budaya dan cara hidup orang Tibet yang awalnya masih asing bagi saya.

Bagaimana kisah ini dimulai?

Saya akan memulainya dengan menanyakan "Apa yang akan kau lakukan demi cinta?" Relakah kau maju ke medan perang tanpa berbekal apapun selain tekad membara untuk menemukan suamimu? Relakah kautinggalkan kemewahan dunia modern dengan segala pernak-perniknya seperti internet, gadget, bahkan jam dinding dan buku yang kaubaca untuk hidup dalam pengasingan di dataran tinggi Tibet secara nomaden selama lebih dari 30 tahun demi suamimu?

Itulah Shu Wen. Dia adalah wanita terpelajar dari Cina dan merupakan seorang dokter dan dermatologis. Suaminya, Kejun yang juga sesama dokter, ditugaskan ke Tibet saat terjadi konflik Cina-Tibet sebagai salah satu "Tentara Pembebasan" saat usia pernikahan mereka baru sekitar tiga minggu. Belum menginjak usia 100 hari pernikahan, Shu Wen menerima kabar bahwa Kejun telah tewas. Anehnya, kabar tentang tewasnya Kejun sangat "hush-hush". Wen tentu saja merasa ada yang janggal. Dengan emosi meluap, dan keinginan kuat mencari tahu kebenaran kabar tentang apa yang terjadi pada suaminya, Wen pun mendaftar sebagai tentara wanita ke Tibet. Di tengah perjalanannya, dia bertemu sengan Zhuoma, wanita Tibet bernasib tragis dari keluarga terpandang yang juga sedang mencari kacung dan kekasihnya, Tiananmen. Mereka berdua tidak sengaja terpisah dari para tentara dan terluka parah, dan ditolong oleh keluarga nomaden Tibet, yang akhirnya menganggap mereka bagian dari keluarga tersebut. Dari situlah Wen akhirnya menjelma dari seorang wanita Cina menjadi Wanita Tibet dan penganut Budha yang taat.

Lalu apakah Wen dan Zhuoma berhasil bertemu cinta sejati mereka yang terpisah? Nah, bagian ini yang harus dicari tahu dengan baca langsung bukunya yach...hehee...

Bagian paling memesona dari buku ini adalah tentang budaya Tibet. Setelah membaca buku ini, saya jadi memahami budaya Tibet yang kata orang dikenal keras, dan barbar , ternyata sarat makna, dan mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga keharmonisan dengan alam dan sang pencipta. Kita bisa belajar banyak dari masyarakat Tibet tentang kesederhanaan dari cara hidup mereka yang semuanya dari alam, tentang kesabaran yang ditempa dengan pergantian musim, tentang keuletan mereka bekerja keras memerah susu dan membuat gerst untuk makan sehari-hari, dan juga tentang keramahan dari bagaimana mereka memperlakukan tamu yang datang layaknya raja. Sungguh buku ini membuka mata saya tentang banyak hal indah di dunia ini yg bisa kita lihat dari mempelajari budaya asing.

Rabu, 18 Maret 2015

Kopdar BBI Joglosemar di Jogja – Laporan Pandangan Mata

Masih ingat kan apa itu BBI Joglosemar? Ini grup WA BBI (Blogger Buku Indonesia) regional wilayah Jogja, Solo, Semarang dan sekitarnya. Kami memang sering mengadakan kopdar antar kota sekalian jalan-jalan, jadi meski belum lama diadakan Kopdar di Semarang (yang LPM nya bahkan baru saya tulis 5 menit lalu, heheee....my bad...), kali ini kopdar diadakan di Jogja karena mbak Desty dalam waktu dekat akan pulang ke kampung halaman dan tidak tinggal di Jogja lagi (hiks...), juga untuk bertemu maskot Joglosemar, adek Yobel yang sangat imut dan menggemaskan, heheee...


Foto bersama di depan Rumah Pohon, Jogja
Kali ini kopdar dilakukan hari Minggu (lagi), tanggal 15 Maret 2015. Rombongan Semarang ada 7 bidadari (yang semuanya masih single *uhuk *sekalian promosi*) yang datang naik mobil Avanza milik om-nya Dina (makasih om-nya Dina). Ada saya sendiri tentunya, Sany, mbak Lila, mbak Cindy, mbak Isna (yang sayangnya kali ini tidak membawa donat kentang yang bikin nagih itu, heheee), dan duo sopir perkasa kami Dina dan mbak Deli. Kami berangkat sekitar jam 6 (lebih-lebih dikit), dan diperkirakan akan sampai di Jogja sekitar jam 10 pagi. Perjalanan dimulai dengan sangat menyenangkan, dengan diputarnya lagu2 sountrack Anime sebagai latar belakang. Namun apa mau dikata, di tengah perjalanan, perut kami berontak minta diisi. Maka kami mengamati bagian kiri jalan untuk mencari warung makan yang sudah buka pagi itu. Kami melewati beberapa rumah makan, tapi karena sepi, jadi kami mencari rumah makan selanjutnya yang agak ramai, dan ternyata ini kesalahan besar, teman-teman. Kenapa? Karena kami jadi menunggu pesanan lumayan lama, meskipun rasa masakannya lumayan sih.... Sempat ada kejadian lucu si mbak pelayan warung datang tergopoh2 memberitahu rombongan ibu2 di meja sebelah bahwa “ayamnya habis, kurang dua”. Sontak kami tertawa dan bertanya sinis “kok pagi-pagi ayamnya sudah habis?”. Dan untunglah kami tidak ada yang pesan ayam.
7 Bidadari Semarang saat sarapan
Sekitar jam 10 an (lebih-lebih dikit), kami sampai di Rumah Pohon, Jogja. Tempat makan ini ternyata WOW banget, karena bentuknya memang rumah pohon raksasa. Hal pertama yang dilakukan begitu sampai di sini? Tentu saja naik berduyun-duyun ke lantai 6 ke Gardu Pandang dan melampiaskan hasrat narsis kami yang membludak, membuncah, dan meluap-luap bagaikan percikan api yang muncrat dari dalam kuali ramuan Profesor Severus Snape yang panas membara itu.
Rombongan Semarang narsis di Gardu Pandang
Di Gardu Pandang
Masih di Gardu Pandang
Setelah memuaskan jiwa narsis kami, kami turun untuk ke ruangan yang sebelumnya sudah dipesan oleh Oky, koordinator dadakan kopdar kali ini, dan bertemu teman-teman dari kota lain untuk mengobrol. Ada mbak Desty dan suami, dan adek Yobel tentu saja, ada juga Mimi yang datang paling pagi, Ratih, Hani, Dyah, mbak Vina dan keluarga, Bzee, mbak Dani, mbak Ririn, dan tentu saja Mas Dion yang sempat nyasar dan sudah ditunggu-tunggu oleh mbak Isna *uhuk*. Ada yang kurang nggak? Semoga saja nama yang saya sebut sudah lengkap semua ya....hehe...

Setelah ngobrol-ngobrol, acara pun dilanjut dengan kursus manicure gila-gilaan dan bagi-bagi koleksi kuteks, bagi bagi oleh-oleh (saya ambil banyak dodol rumput laut dan roka-roka ya....makasih sekali lagi, heheee), dan tak kalah spesial juga oleh2 berupa bookmark yang jauh-jauh dibawahan mbak Dani dari Korea. Cakep banget dech bookmarknya, sampai sayang kalau mau ditaruh di dalam buku, takut hilang saking cakepnya, hehee....
Oke, acara pun dilanjutkan dengan makan-makan. Tapi karena ada beberapa orang yang batal datang, makanan jadi sisa banyak. Untunglah pihak Rumah Pohon berbaik hati menyediakan plastik dan mika untuk membungkus makanan. Lumayan kan buat para anak kos, bisa menambah nutrisi daripada makan burjo tiap hari.
Acara makan siang
Setelah makan siang, rombongan Solo harus pulang duluan. Tentu saja kami tak melewatkan kesempatan untuk foto bersama di Rumah Pohon yang unik itu. Salam perpisahan pun diucapkan, tapi rombongan Semarang (dengan menggeret mas Dion agar menjadi 7 bidadari dan 1 algojo joko tarub), mampir ke “Jual Buku Sastra”. Di sana saya dan teman-teman sempat buka puasa buku juga sih (pengakuan dosa). Setelah itu kami sempat berbelanja oleh-oleh di daerah Malioboro dan masuk ke Mirota Batik.
Makan malam rombongan Semarang
Perjalanan pulang yang diperkurakan bakal lesu dan sepi karena kelelahan, ternyata malah sangan “gila” karena kami sempat bernyanyi dan tebak-tebakan sountrak drama korea. Sekitar jam setengah 8 malam, kami sampai di Semarang dan karena sudah kelaparan (lagi) lantas kami pun mampir ke Sushi Story di daerah Semarang atas. Gerimis masih mengguyur sampai malam, namun kami semua berhasil pulang dengan selamat dan menikmati kehangatan selimut kala hujan.

Kopdar BBI & GRI Jogja Solo Semarang 18 Januari 2015 - Laporan Pandangan Mata

Berawal dari obrolan para Blogger Buku di grup WA BBI Joglosemar (yang anggotanya merupakan para BBIers dari sekitar daerah Jogja, Solo dan Semarang), timbul keinginan untuk kopdar (kopi darat) 3 kota. Sebelumnya memang pernah beberapa kali dilakukan kopdar di Solo maupun di Jogja. Lalu bagaimana dengan di Semarang? Mas Dion (salah satu anggota BBI dari Jogja) mengusulkan untuk ramai2 bertemu di Semarang pada tanggal 18 Januari....dan ini adalah laporan saya tentang kopdar tersebut, meski sudah lama berlalu, tapi biarlah terlambat daripada tidak sama sekali *mencari pembenaran*.

Hari Minggu pagi yang panas pada tanggal 18 Januari 2015, para BBIers dari Jogja dan Solo datang ke tempat pertemuan di Gramedia Jl. Pemuda. Kenapa dipilih tempat ini? Karena lokasinya yang strategis dekat dengan halte shuttle yang dinaiki para Jogjaers dan Soloers ini. Dan karena kami adalah penimbun pecinta buku, maka sudah sepantasnya kami menunggu teman di tempat yang banyak bukunya. Pukul 10 pagi, saya tiba di tempat, dan ternyata mas Tezar yang sesama orang Semarang sudah ada di tempat terlebih dahulu bersama Mas Arif dan Fadhila, yang meskipun berdomisili Jogja, tapi sudah di Semarang sejak hari Sabtu. Satu persatu anggota semarang pun tiba; ada mbak Lila, Mas Pra sang sesepuh GRI Semarang, mbak Cindy, Sany, mbak Vinta, mbak Esti yang saat itu sedang hamil 7 bulan, mbak Rosa, mbak Wulan, mbak Astin yang membawa keponakannya, dan tidak lupa Dina dan mbak Isna yang datang membawa donat kentang lezat buatan sendiri khusus untuk den bagus yang datang jauh-jauh dari Jogja *uhuk*.

Tak berapa lama datanglah duo cewek dari Solo; mbak Dani (cewek) dan Busyra (atau lebih sering dipanggil Bzee si lebah), dan tentu saja den bagus dari Jogja, mas Dion, atau yang akrab disapa Masdi.

Karena sudah lama tidak bertemu, kami sempat heboh sendiri, bersalaman, tertawa, cipika-cipiki dan saling bertanya kabar dan bertukar gosip. Dan olala....ternyata pihak TB Gramedia sangat terganggu dengan hal ini sampai kita “diusir” secara halus, heheheee..... Jadilah kami semua turun gunung, eh, turun eskalator ke lantai bawah, dan melanjutkan berhaha-hihi di parkiran. Di Parkiran ini bahkan kami sempat menyerahkan kado ulang tahun arisan buku untuk “Kak Roos”, bagi-bagi cupcakes, makan donat kentang enak buatan mbak Isna, juga foto bersama tentunya.


Perjalanan dilanjut untuk mengunjungi objek wisata Semarang yang terkenal, klenteng Sam Poo Kong. Tidak semua teman dari Semarang ikut dalam petualangan perjalanan ini, tapi bukan berarti tidak seru lho. Kami sempat mengambil foto-foto yang seru di sini dan ber haha-hihi bersama lagi. Tak lama setelahnya dilanjutkan dengan makan siang dan bertukar koleksi film, serial, anime dan drama korea.







Tak terasa hari sudah semakin sore, dan para rombongan Jogja Solo pun harus pulang, jadi kami sempat kembali ke Jl. Pemuda untuk mengantarkan para tamu sebelum pulang dan ‘mengelus boyok’ masing-masing di kasur.

Jumat, 30 Januari 2015

Gone Girl [review] dan Tebak Riddle Secret Santa

Judul buku: Gone Girl (Yang Hilang)
Penulis: Gillian Flynn
Paperback, 613 halaman
Penerbit: Gramedia
Alih bahasa: Ariyantri Eddy Tarman
Tahun terbit: 2014 (cetakan pertama)
ISBN: 978-602-03-1072-5

Lance Nicholas Dunne (Nick) menganggap bahwa kepala istrinya sangat cantik. Jika orang-orang bertanya apa yang paling disukai dari istrinya, tentu dia akan menjawab "kepalanya". Itu juga salah satu alasan Nick panik saat mengetahui istrinya hilang di hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke lima: membayangkan kepala cantiknya dipukul hingga berdarah-darah mengotori rambut pirangnya. Oh, sungguh tragedy!

Amy Elliot Dunne, seperti yang tertulis lewat buku hariannya, adalah wanita yang manis, lovable, dan luar biasa! Orangtuanya menulis buku serial anak-anak yang karakternya dicuri dari putri mereka sendiri, dan menamainya Amazing Amy (Amy yang luar biasa). Hampir semua orang membaca kisah Amazing Amy yang membuat Amy yang asli merasa harus bersaing dengan dirinya sendiri versi tokoh fiksi rekaan orangtuanya. Hal yang paling membuat Amy dongkol adalah ketika Amazing Amy bahkan lebih dulu menikah dengan Able Andy. Namun Amy sendiri akhirnya menikahi Nick Dunne, cowok imut yang akhirnya membawanya pergi dari New York untuk tinggal di daerah asalnya di Missouri.

Ketika Amy menghilang, beritanya menghebohkan seisi kota. Karena siapa sih yang tidak kenal dengan Amazing Amy yang manis? Namun kecurigaan polisi dan publik semakin tertuju ke arah Nick, si suami yang bertingkah aneh sejak menghilangnya sang istri. Nick dituduh menjadi penculik dan pembunuh istrinya sendiri, meski dia menyangkalnya dan harus menyewa pengacara kenamaan untuk membelanya ketika bukti-bukti semakin memojokkannya.

Lalu dimana Amy?

Itulah mistery yang akan terungkap di akhir buku ini, jd karena takut spoiler, tidak akan saya beberkan di sini :-)

Buku bantal ini ceritanya unik. Tapi bukan berarti dari awal sampai akhir ceritanya menarik lho, soalnya sejak halaman awal sampai kira-kira halaman 250-an, alurnya terkesan lambat, bertele-tele. Saya bahkan sampai berkali-kali berhenti membacanya karena "ini buku apa bagusnya sih, kok sampai banyak banget yang suka. Padahal ceritanya ya begitu-begitu saja". Eits, tapi jangan salah...begitu memasuki halaman 300.....whoa!!!!!! Saya sampai terkaget-kaget sendiri dengan kejutan-kejutannya, and guess what, sampai nggak bisa berhenti baca buku ini. Iya, segitu bagusnya bagian akhir buku ini.

Buku ini menceritakan kehidupan suami istri yang penuh dengan drama tapi dibalut dengan intrik tuduhan penculikan dan pembunuhan. Jadi agak mistery-detektif gitu deh. Diceritakan dari dua sudut pandang: Amy dan Nick. Dua sudut pandang ini biasanya sangat mengganggu kalau saya sedang membaca sebuah buku, karena jujur saja, saya lebih suka yang sudut pandangnya tidak gonta-ganti. Tapi herannya, dua sudut pandang di sini berkolaborasi dengan cantiknya sampai saya tidak bisa menentukan sudut pandang favorit saya dari nick atau Amy.

Oh ya, yang menarik adalah, saya berkali-kali dikagetkan oleh dua tokoh utamanya seperti saat awal membaca buku ini, saya sangat simpatik pada Nick, dan agak2 sebel sama Amy yang perfeksionis. Nah, di tengah cerita, saya kok malah jadi sebel sama Nick dan simpatik sama Amy dech, eh di akhir cerita aku jadi gregetan aja sama mereka berdua. Pengen aku jitak rasanya mereka berdua itu, hih....

Dari segi terjemahan, bahasa indonesianya sudah nyaman dibaca. Yah, meski ada satu dua kata yang agak mengganjal waktu dibaca, tp tidak sampai mengganggu kok. Jadi terjemahannya sudah cukup oke.

Sebenarnya saya lebih memilih buku dengan satu sudut pandang saja karena pasti, pasti saya akan cenderung suka pada salah satu tokoh dan salah satu susut pandang saja. Jadi sya memang sudah menyiapkan diri saya untuk itu sebemarnya, sampai buku ini benar2 mengacaukan ekspektasi saya. Saya dipaksa untuk menyukai kedua tokoh utama buku ini! Wow! Belum pernah terjadi lho.... Gillian Flynn memang hebat!

Identitas Secret Santa

Oh iya, saya sudah bilang kan kalau Santa sempat kirim sms ke saya menanyakan kabar buku kirimannya? Tenang, saya tidak melacak identitasnya dari situ kok.

Bahkan, terus terang saja ya, saya malah sudah tahu identitasi si Santa saat dia kirim sms itu, hehee.... Jadi begini, petunjuk dari Santa adalah agar aku mengunjungi Rumahnya yang berstruktur heksagonal = segi delapan = jaring laba-laba = web = blog. Intinya adalah Jika ingin tahu identitas Santa, saya harus mampir ke blognya.

Iris = jenis bunga

Assam dan Earl Grey = jenis teh (kebetulan Earl Grey adalah salah satu jenis teh favorit saya)

Petunjuk itu mengarah sepenuhnya pada blog yang ada unsur teh nya dan ada unsur bunga nya. Dan blog siapakah itu?

teacupandvelvet.blogspot.com

Itulah alamat blog yang memiliki header bunga iris cantik dan mengandung unsur teh pada alamatnya.

Terimakasih pada Santa baik hatiku "Eka Fatimah Ade Putri" atas kadonya. Senang berkenalan denganmu, Santa #peluk

Minggu, 28 Desember 2014

Riddle Secret Santa 2014

My dear Santa,

Kado darimu sudah sampai pertengahan desember lalu. Dan, saya sukaaaaaaa.....banget sama kertas kadonya #eh. Tapi beneran dech, kertas kadonya cakep banget, gambarnya BigBen di London, tempat yg suatu saat nanti pengen saya kunjungi. Amin.

By the way, ini kali ketiga saya ikut program Secret Santa (SS). Di SS, para peserta diacak untuk mendapatkan Target (x), sementara kita sendiri menanti kado kejutan dari si Santa baik hati yg identitasnya harus kita tebak berdasarkan petunjuk yang diberikan Santa.

Kali ini saya mendapat buku Gone Girl yang gambarnya belum bisa saya unggah karena Internet saya lemot dan belum dari tadi belum bisa mengunggah gambar (nangis di pojokan). Jadi saya akan menambahkan gambarnya nanti malam saat saya mengedit posting ini setelah ketemu koneksi internet yang nggak kacrut yaaa... Maka dari itu, Riddlenya akan saya tulis di bawah ini:

"Wahai pemburu kata,
Kuundang kau berkunjung ke rumah berstruktur heksagonal milikku
Yang bersanding dengan Iris
Akan kujamu kau dengan ketenangan
Kuperkenalkan dengan Assam dan Earl Grey"


Begitulah tulisan dalam riddle yang saya terima. Oh ya, tambahan lagi, Si Santa juga sempat mengirimiku SMS lho, untuk menanyakan apakah kadonya sudah sampai atau belum.

Santa sayang, makasih sekali lagi yaaaa, buat kadonya. Sudah mulai aku baca lhoooo bukunya, meski belum selesai. * peluk santa*

Edited:
Akhirnyaaa ketemu koneksi internet yang bisa buat upload foto, heheee.... jadi langsung saja saksikanlah penampakan berikut ini yaaaa:


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...