Author: Christopher Paolini
Publisher (Indonesia): Gramedia Pustaka Utama
Berhubung saat ini saya sedang membaca seri pamungkas dari tetralogy Inheritance ini, tidak afdol rasanya kalau seri sebelumnya belum saya ulas. So here we go...
Jujur saja, pertama kali saya membaca kisah ini adalah saat saya masih duduk di bagku SMA, dan merupakan buku pinjaman salah satu sahabat saya yang baik hati (yang namanya tidak akan saya sebutkan disini. Takutnya dia jadi ge-er berat kalau baca tulisan saya, hehee...). Anyway, intro kisah ini terus terang bikin saya ngantuk. Mungkin karena ini adalah seri pertama, dan saya belum menikmati kisah petualangan si penunggang muda ini. Namun setelah menuju ke halaman 100 keatas, wow...saya bahkan tidak bisa menutup buku ini saking penasarannya. Dan saat akhirnya saya 'terpaksa' mengembalikan buku ini pada pemiliknya, saya berlari ke toko buku untuk membeli buku ini sebagai koleksi pribadi, heheee...
Dimulai dengan prolog yang (menurut saya) agak membingungkan saat dibaca pertama kali, lalu kisah dimulai dengan 'penampakan' si tokoh utama kita, 'Eragon' yang sedang berburu di Spine. Tanpa sengaja Eragon menemukan sebuah batu mulus berbentuk telur besar berwarna biru (terus terang ya, saya heran kenapa Eragon tidak curiga dari awal kalau itu telur naga. Padahal dari awal pembaca saja sudah tahu bahwa itu telur naga) yang tentu saja (namanya juga novel) dipungut oleh Eragon, dibawa pulang dan disimpan. Singkat kata, pada suatu malam, tanpa diduga oleh Eragon, keluarlah makhluk seperti reptil bersayap warna biru dari dalam batu yang ternyata bukanlah batu tapiii.....jreng jreng jreeeng....'telur naga'...! Saat Eragon menyentuh aga itu untuk pertama kali, terbentuklan Gedwey Ignasia di telapak tangan Eragon yang mengikat takdir mereka bersama selamanya sebagai Penunggang dan Naganya. Masalahnya, Eragon tinggal bersama pamannya, Garrow dan sepupunya Roran, dan Eragon yang lugu yang berusaha menyembunyikan Naganya, akhirnya membawanya ke hutan. Saat itulah Eragon mengetahui bahwa Naga merupakan makhluk cerdas dan bisa berbicara (terkadang bahkan dengan sarkasme yang tidak perlu), dan menamainya Saphira.
Tak disangka, rumor keberadaan naga ini membawa petaka bagi Eragon dan keluarganya. Raja Galbatorix, yang merupakan Penunggang terakhir dari masa kejayaan para Penunggang, yang sekarang memerintah Kekaisaran dengan semena-mena, mengirim beberapa anak buahnya untuk membakar rumah Eragon, dan membunuh penghuninya. Eragon selamat karena Saphira menculiknya untuk penerbangan pertama mereka, dan Roran yang sedang bekerja di kota pun terhindar dari bahaya. Garrow yang terluka parah akibat serangan tersebut pun meninggal tak lama kemudian, membuat Eragon yang merasa bersalah pergi tanpa pamit dari desa Carvahall bersama Saphira. Namun si tua Brom, pendongeng desa, bersikeras mengikuti Eragon. Dan dimulailah perjalanan trio ajaib ini mengeliling Kekaisaran.
Selama perjalanan, Brom mengajarkan Eragon seni berpedang, sihir, dan keterampilan membuat pelana naga. Namun perjalanan mereka tidaklah mudah. Brom tewas dalam salah satu penyerangan dari anak buah Galbatorix, dan Eragon selamat karena pertolongan pemuda asing misterius bernama Murtagh. Sejak itu dimulailah petualangan mereka bersama, mulai dari misi penyelamatan seorang Elf dari penjara Gil'ead, penerbangan gila-gilaan ke Pegunungan Beor, tempat kaum Varden berada, sampai pertempuran hebat Farthen Dur dimana Eragon membantai Shade pertamanya. Namun semua itu hanyalah sebuah awal, karena petualangan yang lebih gila menanti mereka di buku-buku selanjutnya.
Comment
Memang banyak yang memirip-miripkan kisah di buku ini dengan serial Harry Potter-nya J.K Rowling, ataupun The Lords of the Rings-nya J.R.R Tolkiens, yang memang harus saya akui, agak sedikit mengingatkan saya pada kedua kisah yang disebut diatas tadi. Dan nama 'ERAGON' sendiri menurut saya adalah plesetan dari 'DRAGON'--tinggal ganti aja huruf 'D' dengan urutan alfabetik setelahnya, yaitu 'E'. Namun kisahnya sendiri menurut saya sangat original, dan unik. apalagi dengan tambahan banyak bahasa makhluk-makhluk non-manusia, seperti Bahasa Kuno-nya para Elf, atau Bahasa Kurcaci...semakin salut dech sama penulisnya!
Berikut adalah gambar seri lengkap INHERITANCE terbitan GPU:
Sedikit Tentang Penulis (Christopher Paolini)
Si penulis guwanteng ini lahir di Los Angeles, California pada tanggal 17 November 1983. Saat menulis buku pertamanya, Eragon, dia masih berumur 15 tahun (wow!) dan tinggal di Paradise Valley, Montana, yang katanya pemandangannya yang eksotis mengilhaminya tentang Alagaesia. Dia mengikuti program home-schooling dan berhasil lulus dari SMA saat berumur 15 tahun juga! (saya aja 17 tahun baru lulus SMA, heheee...). Asal tahu saja, Eragon sempat dibikin filmnya (yang menurut saya tidak sebagus bukunya), dan karena tidak terlalu sukses, tidak dilanjutkan sequelnya.
Ki nulise karo buka buku opo ebook? Ndi character Thursday ne?
BalasHapusiki pure dari ingatan mba,,,huwahahaaa... hebat tooo? Karaktere durung, aku isih bingung piye carane #gaptek
BalasHapus