Kamis, 18 Februari 2016

Looking For Alaska by John Green [review]

Title: Looking for Alaska
Author: John Green
263 pages
First published: 2013
Genre: Young Adult, Drama, Contemporary
My rating: 3/5

Segalanya berawal dari kepindahan Miles Halter ke sekolah menengah asrama Culver Creek di Alabama, Amerika bagian selatan yang panas, tempat ayahnya dulu juga bersekolah, untuk memenuhi ambisi pribadinya mencari "the Great Perhaps". Miles termasuk seorang penyendiri yang tidak punya teman di sekolah lamanya, dan lebih nyaman berdiam diri di kamar sambil membaca buku-buku biografi karena dia sangat terobsesi dengan "last words" dari orang-orang terkenal.

Teman sekamarnya di asrama, Chip Martin, atau biasa dipanggil "The Colonel" menjadi sahabat pertamanya. Melalui dia jugalah dia bertemu teman-teman yang bisa disebutnya sahabat: Takumi si murid dari Jepang, Lara si gadis Rusia...er...Norwegia, dan tentu saja Alaska Young yang serampangan yang membuatnya terpesona meski Alaska sudah punya pacar bernama Jack.

Kehidupan Miles (atau yang biasa dijuluki Pudge oleh teman-teman se-genk barunya) di sekolah asrama dipenuhi drama khas remaja: percintaan, persahabatan, kenakalan terhadap teman, diam-diam melanggar aturan sekolah dan berusaha untuk tidak ketahuan para guru, dan sebagainya. Hingga sebuah tragedi terjadi, dan Miles serta teman-temannya berusaha mencari jawaban akan sebuah misteri di balik tragedi tersebut: Apa? Kenapa? Mengapa?

Terus terang, buku ini memang nge-hype banget beberapa saat yang lalu (iya sih, semua buku John Green kayaknya lagi happening banget), dan banyak juga teman-teman yang memuji-muji buku ini dan memberi 5 bintang. Bahkan kala itu, saat buku ini baru diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia, saya sempat membelinya karena berbarengan dengan diskon besar salah satu online shop. Dan....buku ini sukses masuk timbunan koleksi buku-buku TBR yang well, entah kapan akan dibaca. Bahkan segelnya saja belum dibuka sampai sekarang, ngahahahaaaaa.....

Lha terus saya bisa selesai baca ini bagaiman caranya??

Begini ceritanya, beberapa hari yang lalu saya mendapatkan versi audiobook dari novel ini. Saya bahkan lupa siapa naratornya, namun yang jelas naratornya ini pinterrrr banget menyuarakan karakter setiap tokoh di buku ini: mulai dari suara The Colonel yang dalam dan bernada lambat, lalu suara Alaska yang kental dengan southern accent khas Alabama, lalu Lara dengan pronunciation huruf R kental ala Rusia....bahkan bagian lagu RAP nya pun dinyanyikan dengan bagus oleh si narator. Benar-benar menghibur :)

Terus terang saja ini audiobook pertama yang selesai saya dengarkan lho... hahahaa... Biasanya saya selalu mendengarkan audiobook untuk buku-buku klasik, yang sukses membuat saya tidur setelah 3 bab, kisah-kisah dongeng Perault atau Grimm atau HC Anderson yang biasaya saya dengarkan satu-persatu sebelum tidur, tidak terus menerus komplit satu buku selesai. Yeah, hasilnya banyak sekali buku klasik yang "mangkrak" karena saya sukses ketiduran tiap kali baru sebentar mendengarkan. Dan karena buku ini sangat kontemporer, dan tidak ada kata mendayu-dayu yang bikin ngantuk....well, you know I finished it.

Eniwei, buku ini sendiri menurut saya sama sekali tidak ada yang spesial.

Kenapa?

Plot yang biasa saja. Ini nggak buruk lho, nggak. Saya nggak bilang plotnya jelek kok *sembunyi dari para fans John Green* Namun demikian, menurut saya plot nya juga tidak spesial. Seperti kata saya tadi: biasa saja. So so. Drama anak SMA yang termasuk nerd, lalu punya teman, lalu suka sama cewek yang menurut dia 'out of his league', terjebak dalam dunia friendzone. Sounds familiar, guys? Yeah, I see this kind of pattern everywhere. Jadi, ya sudah....biasa saja.

Karakter-karakter yang juga biasa saja kecuali Miles. Dalam masalah karakter, saya akui karakter Miles memang sangat hidup dan sangat bulat, lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Namun karakter-karakter lainnya seolah memang "dipaksa" seperti itu. Terlalu kaku dan tidak luwes, termasuk karakter Alaska yang menurut saya menyebalkan. Bayangkan saja si Pudge mengagung-agungkan si Alaska ini bagai seorang Dewi dari khayangan, segalanya tentang dia dipuji-puji, padahal, let's face it, nothing special about her. Bad childhood? So what, banyak kok yang begitu. Moody. Eurgh....can this character be more annoying than that? Suka merokok, doyan mabuk dan doyan flirting sana-sini.....hmm, sounds like a total slut to me. Dan tentu saja kesan pertama si Pudge saat melihat Alaska....her boobs. Gosh, so cliche and booooriiinggg!

Tapi, tentu saja, saya sedang belajar melihat sesuatu secara objektif *muntah*, jadi saya akan beberkan juga kelebihan buku ini, yaitu:

Karakter Miles (Pudge) yang sangat well-developed, dan menarasikan seluruh buku ini karena memang buku ini diceritakan dari sudut pandang dia. Ini dia yang memberi nyawa buku ini, dan membuat buku ini seolah hidup dengan karakter utama yang begitu nyata. Apalagi kita seolah diajak berbicara langsung dengan Miles, dari cara si penulis menarasika tokoh ini. Mantap lah, untuk menutup kekurangan karakter-karakter lain yang tidak se-well-developed karakter Miles ini.

Filosofi-filosofi hidup yang diselipkan si penulis di sana sini, dari awal sampai akhir merupakan terobosan baru dalam penulisan buku bergende Young Adult. Mungkin memang saya saja yang kurang piknik, tapi saya memang belum menjumpai buku YA lain yang dipenuhi filosofi sebanyak buku ini. Ibaratnya hampir semua narasi di buku ini memang sengaja ditulis John Green agar quotable. Is that even a word? Da menurut saya inilah nilai plus plus buku ini. Oh, iya, satu lagi, adegan percobaan blowjob di buku ini freakin' hilarious! Bikin saya ketawa sampai nangis, yeah yeah...I'm low *hides behind a pillow*

Overall, buku ini menurut saya termasuk "okay" saja , jadi ya 3 bintang saja yaaa....heheee... Tapi bagi yang suka drama remaja kontemporer, pasti bakalan suka buku ini dech. See you in the next post! ^_^

3 komentar:

  1. Naratornya keren banget ya mbak hahaha aku suka banget dengerin dia ngoceh, apalagi tulisan John Green emang kadang nyeleneh. Pas dibacain sama dia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa.... naratornya dahsyat, apalagi pas nge-rap wuihhh.... eh ehhh, audiobook nya Illuminae juga dahsyat, pake sound effect dan banyak narator, kayak drama radio ituuu wkwkwk *trus jd pengen punya paperbacknya Illuminae donk, hiks*

      Hapus
    2. SAMA IHHHH kemarin di periplus sempet diskon, nyesel ga beli. soalnya lg banyak yg muji2 buku itu di goodreads

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...