Rabu, 10 Februari 2016

Heir of Fire by Sarah J. Mass [review]

Title: Heir of Fire (Throne of Glass #3)
Author: Sarah J. Mass
562 pages
Language: English
Genre: Fantasy
My rating: 5/5

"See what you want, Aelin, and seize it. Don't ask for it; don't wish for it. Take it." -- Prince Rowan the Fae (Chapter 28)
Akhir buku ke dua membeberkan identitas Celaena yang sebenarnya. Long story short, dengan petunjuk yang diberikan Celaena sebelum keberangkatannya ke Wendlyn (beneran ini nggak ya nama negeri seberang itu, agak2 lupa nama2 tempatnya ngahahaaaa) kepada Chaol Westfall sang Captain of the Guard, si Kapten akhirnya mengetahui jatidiri Celaena yang sebenarnya. Untunglah hal ini justru menyelamatkan nyawanya saat berkonfrontasi dengan Aedion yang baru kembali dari Terrasen atas perintah sang raja.

Celaena Sardothien, sang assassin pribadi dan King's Champion, justru mengalami perjumpaan tak terduga namun terduga (halah) dengan sang ratu Fae yang melegenda (iya jelas melegenda, umurnya entah sudah berapa ribu tahun dia, wkwkwk), Maeve. Celaena berusaha mencari jawaban akan pertanyaannya agar bisa mengalahkan sang raja tiran di Adarlan, namun Maeve menuntut agar Celaena bisa membuktikan diri sebelum masuk ke kota Fae dan mendapat jawaban dari pertanyaan misteriusnya. Caranya: Maeve memerintahkan abdinya yang bernama Prince Rowan (warrior yang sudah mengikat sumpah darah untuk setia pada Maeve) untuk menjadi tutor pribadi Celaena. Dan tentu saja, tak ada kisah fantasy tanpa "latihan keras" sang tokoh utama demi meraih cita-cita, wakakaa....klise juga sih, tapi entah kenapa bagian yang rasanya harus wajib ada di semua novel fantasy ini justru bagian paling penting karena merupakan titik balik si tokoh utama dan perubahannya dari ZERO menuju HERO.

Sementara itu di Adarlan, buku ini diceritakan dengan memfokuskan ke 3 tokoh sentral: Dorian Havilliard sang Putra Mahkota Adarlan yang sedang berusaha melatih kemampuannya sekaligus merahasiakannya dari ayahnya sang raja tiran dengan bantuan seorang Healer muda; Chaol Westfall yang sedang (lagi-lagi) menggalau karena dia tak tahu entah harus setia pada negaranya atau pangerannya atau mantan pacarnya (wakakakkkk, aneh memang bagian ini), dan Aedion  Ashryver, sang Pangeran dari Terrasen yang membelot dan akhirnya menjadi jendral Raja Adarlan.

Saya tidak berani cerita panjang lebar tentang novel ini karena takut menebar spoiler, and you know kalau spoiler itu nyebelin kan? So, saya mau komentar sdikit tentang buku ini saja, okey...

Membaca buku ini itu cukup bikin kaget, karena ceritanya fokusnya jauh dari buku keduanya. Bukannya nggak nyambung atau bagaimana, justru bagus lho. Kepergian Celaena ke seberang lautan menjadi penentu arah cerita ini, karena sepertinya selain Celaena, tokoh-tokoh sentral yang lain pun seperti menemukan jalan ceritanya masing-masing tanpa harus terfokus pada si Celaena. She's not the center of the universe, come on. Walau memang sih...ujung2nya cerita mereka mbulet mbalik terfokus ke Celaena lagi, ngahahahaaa...yah, tokoh utama, gituuu...

Satu hal lagi yang unik dari seri ini adalah, si penulis tidak serta merta menerapkan old-fashioned romance di novel fantasy, seperti misalnya: tokoh cewek dan cowok yang ketemu di awal cerita pastiiiii jadian. NOOO...! Plot seperti itu basi banget sumpah! Uniknya, si tokoh utama bahkan mejalin hubungan dengan tiga individu berbeda di tiga seri yang berbeda, how cool is that, huh? I mean, that's real life. You don't live your life like in a book, focus on one person for the entire plot, meh... Satu hal yang saya agak terkejut tapi senang adalah relationship antara Rowan dan Celaena di buku ke 3 ini, benar2 wow...tapi catet, hubungan mereka lebih seperti best of bestfriends, atau siblings. Nothing romantic, but yeah....you'll get what I mean by reading it yourself.

oke, maap...kenapa saya jadi switch-switch bahasa begini!? *pasang tampang histeris* Satu lagi, saya sudah bilang kan saya nggak begitu suka sama salah satu karakter cowok penting di buku ini (liha review saya sebelumnya) yang tidak akan saya sebutkan namanya *uhuk* Chaol *uhuk*. Ya ampun heran banget kenapa love interest nya tokoh utama nggak memiliki karakter yang lebih jagoan dikit sih, plin-plan abiiisssss..... dannnn kita akan terus menyaksikan keplin-planannya sampai akhir buku ke 3 ini. Bagus, Chaol *sinis*

Overall, saya memberi rating 5/5 karena plot yang tidak biasa untuk sebuah sequel, menurut saya. sangat...apa ya istilahnya...BOLD. Nggak melulu si ini harus begini atau begitu, dan unsur kejutannya juga lebih tidak mudah ditebak. Saya bahkan masih merasa hungover habis baca buku ini dan belum berani lanjut ke buku ke 4 sebelum revisian saya selesai *oh, no....* Jadi inget saya ada deadline, udah dulu yach, bye.... see you in my next post :)

2 komentar:

  1. Thesis mbak... jangan baca novel mulu LOL

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidaaaakkkk.....San, kenapa kau harus mengingatkanku!? Kenapaaaaa.... *deramah*

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...